Bencana Sragen, aktivis membersihkan Sungai Garuda dari barongan bambu.
Solopos.com, SRAGEN — Tim gabungan dari berbagai lembaga dan komunitas di Sragen membersihkan sampah berupa barongan bambu di sepanjang aliran Sungai Garuda, tepatnya di pintu Bendung Pleret, Jembatan Ngledok, dan Jembatan Kranggunan, Tangkil, Sragen, Sabtu (18/11/2017).
Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah
Bersih-bersih sungai tersebut dilakukan 80 orang dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Search and Rescue (SAR) MTA, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI/Polri (FKPPI), Kumpulan Wong Sragen (KWS), Senkom, Palang Merah Indonesia (PMI), dan Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen.
Suparmin, 55, warga Kampung Setren RT 055, Sragen Wetan, Sragen, mengatakan barongan bambu itu menumpuk dan menyumbat di Bendung Pleret ini sejak terjadi hujan deras yang berdampak pada penambahan debit air di Sungai Garuda pada Kamis (16/11/2017) lalu.
“Barongan itu menyumbat pintu air itu. Air sungai yang seharusnya terus mengalur hingga Bengawan Solo ada balik ke atas. Tetapi tidak ada yang terkena dampak luapan,” ujar Suparmin saat berbincang dengan
Petugas Operasional Sumber Daya Alam (SDA) BBWSBS, Supriyanto, 35, mengatakan saat hujan berdurasi lama pada Kamis lalu mengakibatkan volume air sungai meningkat dengan kedalaman sampai 320 sentimeter.
“Saya sudah memantau bersama dua orang teman lainnya di sepanjang Sungai Garuda dari hulu hingga hilir. Penumpukan sampah paling banyak terjadi di wilayah Pleret ini dan Jembatan Ngledok itu. Hingga pukul 10.00 WIB volume sampah sudah berkurang 50%,” ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Sragen Dwi Sigit Kartanto mengatakan bersih-bersih sungai dilakukan untuk antisipasi risiko bencana banjir.
“Sampah berupa barongan bambu, kayu-kayu, dan ranting-ranting pohon itu kalau tidak dibersihkan bisa menyumbat pintu bendung dan berpotensi dampak banjir. Kegiatan ini merupakan upaya meminimalisasi risiko bencana alam,” imbuh dia.