SOLOPOS.COM - Talut ambrol (JIBI/Solopos/Tri Rahayu)

Bencana Sragen, ada tujuh lokasi tebing yang mendesak dibangun talut permanen.

Solopos.com, SRAGEN–Tebing Sungai Garuda mengalami longsor di tujuh titik di kawasan Kota Sragen. Longsornya tebing Sungai Garuda itu mengancam enam rumah dan area persawahan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Camat Sragen Yuniarti mengatakan tujuh tebing Sungai Garuda itu yang longsor itu satu titik di Karangtengah, empat titik di Tangkil, satu titik di Krapyak dan satu titik di Kedungupit. Supaya longsor tidak bertambah parah, kata Yuniarti, tebing anak Sungai Bengawan Solo itu perlu dibangun talut permanen.

Kendati demikian, pembangunan talut permanen itu merupakan kewenangan dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Pada tahun ini, BBWSBS hanya akan membangun talut permanen di lokasi longsor di Kampung Bugel, Kelurahan Tangkil.

”Lokasi longsor di Bugel itu sudah disurvei BBWSBS. Sekarang tinggal persiapan teknis untuk membangun talut permanen. Kebetulan lokasi longsor di Bugel itu sudah mengancam satu rumah warga. Ini longsor paling parah di antara tujuh longsor lainnya. Untuk lokasi longsor lainnya, kami juga sudah mengusulkan pembangunan talut permanen ke BBWSBS,” terang Yuniarti saat ditemui Solopos.com saat memantau pembangunan talut sementara di Kampung Krapyak, Kelurahan Sragen Wetan, Jumat (8/4/2016).

Pembangunan talut sementara itu melibatkan puluhan relawan dari Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD), Taruna Tanggap Bencana (Tagana), Koramil Sragen, Polsek Sragen, warga sekitar dan lain-lain. Mereka membangun talut sementara dengan beronjong kawat dan bambu sepanjang 16 meter dengan ketinggian sekitar 3 meter. Bronjong kawat dan bambu itu selanjutnya ditimbun tanah dan pasir dalam karung plastik. ”Kami menyiapkan lima bronjong berukuran 6×2 meter dan 400 karung plastik bantuan dari BPBD dan UPTD Pengairan DPU. Karung plastik itu kami isi dengan pasir dari tebing di seberang sungai,” jelas Lurah Sragen Wetan Agus Tri Hartanto saat ditemui di lokasi.

Agus menjelaskan longsornya tebing Sungai Garuda di Kampung Krapyak mengancam rumah Iriyadi, 50, yang dihuni lima anggota keluarga. Longsornya tebing Sungai Garuda itu terjadi pada bulan lalu sesaat setelah diguyur hujan. Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan debit air Sungai Garuda tinggi. Arus sungai itu menggerus bagian tebing hingga mengakibatkan longsor. ”Mudah-mudahan tebing permanen ini bisa mengurangi sedikit banyak risiko rumah roboh akibat longsor,” jelas Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya