SOLOPOS.COM - Kadus 3, Desa Pandeyan, Grogol, Sukoharjo, Mugiman, mengamati bekas longsoran tanggul Kali Samin pada 2012 silam yang sudah dipenuhi tanaman liar, Selasa (6/1/2014). (M Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Bencana Sukoharjo masih mengintai. Tanggul Kali Samin di kawasan Grogol kritis, 400 rumah di wilayah itu terancam banjir.

Solopos.com, SUKOHARJO — Sekitar 400 rumah di Desa Pandeyan, Grogol, Sukoharjo, terancam banjir menyusul semakin kritisnya kondisi tanggul Kali Samin.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pengamatan Solopos.com, Selasa (6/1/2014), tanggul Kali Samin di lokasi menyempit setelah terjadi longsor pada 2012 lalu.

Lebar permukaan tanggul tersisa 1,5 meter dari ukuran normal sekitar 3-4 meter. Longsornya tanggul sepanjang sekitar 50 meter dengan kedalaman sekitar 10 meter. Bekas longsoran tanggul itu sudah tertutup oleh rerumputan.

“Semakin kritisnya tanggul ini membuat warga sekitar merasa waswas terutama saat musim hujan. Kalau hujan malam hari, warga selalu aktif mengamati volume air di Kali Samin dengan bantuan lampu senter. Jika air semakin meninggi, maka warga harus waspada dari ancaman tanggul jebol,” ujar Kadus 3, Desa Pandeyan, Mugiman, saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Warga sekitar masih trauma dengan banjir besar yang melanda desa mereka ketika tanggul tersebut jebol pada 2007 silam.

Pada saat itu, terdapat 400 rumah warga yang terendam air setinggi atap rumah. Ke-400 rumah tersebut tersebar di beberapa dusun seperti Traju Kuning, Turen, Ploso Kuning, Perum.

Pandeyan Permai dan sebagian Perum. Turen Asri. “Pada banjir 2007 silam, ratusan keluarga mengungsi ke Bulakrejo dan RS. Nirmala Suri. Sebagian lagi mengungsi ke rumah-rumah saudara,”  tandas Mugiman.

Sejak jebol pada 2007 silam, tanggul Kali Samin di titik tersebut sebenarnya sudah diperbaiki oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Saat itu, jebolnya tanggul sudah ditutup dengan beronjong besi yang diisi bebatuan.

Akan tetapi, beronjong tersebut justru ikut longsong dan terbawa arus aliran anak Sungai Bengawan Solo ini.

“Karena beronjong itu ikut longsor, maka tanggul itu dipasangi lagi dengan beronjong baru. Tapi, beronjong kedua itu juga ikut longsor. Sampai akhirnya BBWSBS membangun talut permanen pada tanggul. Namun, longsoran justru terjadi di sebelah talut itu pada 2012. Sampai sekarang longsornya tanggul itu belum diperbaiki,” jelasnya.

Kepala Desa Pandeyan, Dwi Supadmi, mengaku sudah berkali-kali melaporkan kondisi tanggul yang kritis tersebut ke BBWSBS. Akan tetapi, hingga kini belum ada upaya perbaikan.

“Kalau tidak segera diperbaiki, saya akan melapor ke Pak Bupati,” ucapnya.

Disurvei Petugas

Ditemui di kantornya, pejabat Humas BBWSBS, Sukoco, mengatakan tanggul yang longsor di Kali Samin tepatnya di Desa Pandeyan tersebut sebetulnya sudah disurvei oleh petugas dari BBWSBS.

BBWSBS sudah memiliki data kondisi terakhir tanggul maupun tebing Sungai Bengawan Solo dan anak sungai. Dia mengakui terdapat banyaj tanggul dan tebing yang kondisinya kritis. Namun, upaya perbaikan akan disesuaikan dengan skala prioritas.

“Ada 43 titik rawan bencana mulai dari Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Solo. Tidak hanya tanggul longsor dan tebing yang longsor, tetapi juga kondisi pintu air yang perlu diperbaiki. Semuanya tentu tidak bisa diperbaiki secara langsung. Jadi, kami harus menggunakan skala prioritas,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya