Kaur Pembangunan Desa Tegalsari, Sarino, menyebutkan Bendung Siluwur merupakan sumber utama irigasi pertanian di desanya. Dia mengatakan bendung yang sama dimanfaatkan petani di beberapa desa lain di Weru walaupun pemanfaatannya dilakukan melalui pompanisasi dan bukan menggunakan saluran irigasi.
“Kerusakan bendung (Siluwur) mengakibatkan daya tampung air berkurang hingga 50 persen dan banyak air yang kemudian terbuang sia-sia. Petani khawatir karena mulai MT II intensitas hujan berkurang siginifikan,” ungkapnya dijumpai Solopos.com di Kantor Desa Tegalsari, Weru, Jumat (13/4/2012).
Ia menjelaskan untuk memaksimalkan fungsi bendung, petani harus sering menambal pintu air yang hampir seluruhnya bocor dengan kain atau karung bekas. Upaya tersebut dengan harapan bendung tetap mampu mengairi seluruh areal persawahan setempat yang luasnya mencapai 330-an hektare.
“Kami berharap perbaikan segera dilakukan sekaligus untuk persiapan MT III. Jangan terlalu lama dan berlarut-larut mengingat pada saat MT III bendung menjadi satu-satunya sumber irigasi,” tandasnya.
Penjaga Bendung Siluwur, Santoso, menyampaikan hal serupa. Dia menuturkan petani di Tegalsari sangat kerepotan dengan kondisi Bendung Siluwur yang mengalami kerusakan parah. Terlebih bila tanaman membutuhkan air dalam jumlah banyak dan ketersediaan pasokan air dari bendung tidak memadai.
“Barangkali saat ini memang belum terlalu mendesak. Tetapi menghadapi musim kemarau dan MT III yang akan datang petani tidak punya sumber irigasi lain yang bisa diandalkan,” ujarnya secara terpisah.