SOLOPOS.COM - Pelaku usaha tembakau rajangan, Sulistyawan, memperlihatkan tembakau dalam acara di Candi Sari Fest 2023, Desa Gedangan, Cepogo, Boyolali, Minggu (26/2/2023). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Bisnis tembakau rajangan untuk lintingan dhewe (tingwe) oleh pemuda dari Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo, Boyolali, yakni Sulistyawan, 29 dan Jiono, 38 berawal dari eksperimen sendiri.

Jiono menuturkan awalnya dia hanya membantu orang tuanya yang menjual tembakau hingga ke luar Boyolali, seperti Kudus dan Demak.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Orang tua saya berkecimpung di dunia tembakau sudah sekitar 45 tahun. Dari situ, saya belajar cara membuat tembakau tradisional, khususnya tembakau original Boyolali agar rasanya bisa hampir mirip sama rokok kemasan,” ujarnya kepada Solopos.com saat dihubungi, Senin (27/2/2023).

Jiono kemudian belajar membuat rajangan halus dan kasar. Setiap eksperimen dan teknik tertentu ia coba hingga menghasilkan rasa yang hampir mirip dengan merek-merek rokok komersial.

Ia juga sempat menjajal jualan door to door ke daerah-daerah persawahan yang tidak menghasilkan tembakau.

“Kayak petani sawah begitu mereka kan juga penikmat rokok lintingan tapi di sana enggak produksi tembakau,” kata dia.

Selanjutnya, berawal dari anak sulungnya yang mengajari menjual tembakau rajangan via marketplace, bisnis tersebut merambah lebih besar. Dalam sehari, ia dibantu anaknya bisa mendapatkan 60 cetakan resi pesanan.

Kemudian, ia melihat potensi anak-anak di desanya yang suka bermain gim daring. Ia pun menantang mereka daripada bermain lebih baik menggunakan kuota internet untuk bisnis.

“Dulu itu anak-anak SMP begitu saya ajak, sampai sekarang mereka ada yang sudah bisa beli sepeda motor. Beliin bapaknya sapi, ada itu,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, dalam sehari, omzet rata-rata dari memproduksi tembakau rajangan tingwe mencapai Rp10 juta dengan untung bersih Rp8,5 juta per hari.

Tembakau lintingan yang mereka jual sudah dalam bentuk rajangan dan diproses dan disimpan secara khusus baru kemudian dijual.

Sulistyawan mengungkapkan dalam sehari mereka bisa menjual tiga hingga delapan kuintal tembakau untuk lintingan. Produk mereka telah terjual ke hampir seluruh Indonesia mulai di Pulau Jawa, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan banyak daerah di Indonesia.

Beberapa metode penjualan oleh Putra Candi Tembakau, dari door to door hingga ke toko-toko. Namun, seiring bertambahnya peminat, mereka telah merambah toko dari sejak 2017.

Sulis menjelaskan sejak 2017 mereka memiliki puluhan reseller dengan 600-an toko di marketplace.

“Di desa kami ada 15 reseller, di daerah Ampel ada 35. Belum yang di luar kota, kalau tokonya ada 600-an di marketplace,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi Candi Sari Fest 2023, Minggu (26/2/2023).

Sulis mengungkapkan rata-rata tembakau rajangan untuk lintingan ia jual dengan harga paling rendah Rp70.000-Rp400.000 per kilogram. Harga tersebut tergantung berapa lama tembakau disimpan.

Semakin lama tembakau disimpan, jelasnya, maka tembakau akan memiliki rasa khusus. Selain itu, harga juga ditentukan dari kualitas tembakau

Ia menjelaskan, ada empat kualitas tembakau yang ia jual yaitu kualitas A, A plus, premium, dan super premium. Kualitas A memiliki kemiripan dengan rokok kemasan sekitar 85 persen, A plus memiliki kadar kemiripan 90 persen, premium 94 persen, dan super premium 97 persen.

Beberapa varian yang ia jual, seperti tembakau rajangan flavour banana, vanilla, jamaica, apel, bubble gum, green tea, original harum manis, original antep, dan lain-lain.

“Jadi nanti kalau harga dari saya mulai dari Rp70.000-Rp400.000 per kilogram, kemudian reseller nanti bisa mengambil keuntungan dari harga yang mereka jual,” jelasnya.

Semua reseller yang menjualkan via marketplace dilatih terlebih dahulu oleh Putra Tembakau Candi. Mereka akan diajari mulai dari nol hingga mahir menjual tembakau rajangan via marketplace.

Sulis menceritakan anggota-anggota reseller tembakau rajangan untuk lintingan juga banyak yang telah memiliki hasil. Mereka bisa membeli sapi, sepeda motor, dan membiayai uang sekolah mereka.

“Kebanyakan reseller itu anak-anak muda, tapi juga ada yang bapak-bapak,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu reseller, Bagus Eka Putra, mengaku menjadi reseller tembakau rajangan Putra Candi sejak 2018. Waktu itu ia masih menginjak kelas VIII SMP dan ingin membantu orang tuanya.



Saat ini ia telah menjadi siswa kelas XI di salah satu SMK swasta di Boyolali, tapi ia masih aktif menjual tembakau rajangan via marketplace.

“Alhamdulillah dari jualan tembakau rajangan saya sudah bisa membeli sepeda motor. Saya juga membiayai sekolah saya sendiri karena SMK saya swasta,” kata siswa jurusan teknik sepeda motor tersebut.

Dalam sehari, Bagus mampu mengantongi untuk Rp500.000-Rp6 juta. Ia mengaku kegiatan jualan sampingannya tak mengganggu sekolah sehingga ia bisa bersekolah sambil berjualan.

Saat ditanya dengan rencananya lebih lanjut akan kuliah atau terus menjadi reseller, ia menjawab sementara belum ada rencana untuk kuliah.

“Entah nanti seperti apa, tapi sementara seperti ini dulu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya