Soloraya
Rabu, 9 Februari 2022 - 23:27 WIB

Berbahasa Jawa, Surat Kabar Pribumi Pertama Lahir di Kota Solo Lho

Afifa Enggar Wulandari  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang membaca koran. (Reuters)

Solopos.com, SOLO — Sejak dulu Solo dikenal sebagai kota pers, ditandai dengan lahirnya surat kabar pertama dalam bahasa Jawa di Kota Solo. Bromartani namanya.

Pengamat sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Susanto, mengatakan koran Bromartani merupakan produk jurnalistik pribumi pertama yang lahir di Kota Solo. Kelahiran Bromartani bersamaan dengan masa koran berbahasa Belanda bernama De Vorstenlanden.

Advertisement

“Surat kabar Bromartani merupakan surat kabar berbahasa Jawa paling tua ya. Sekitar tahun 1855. Solo menjadi Kota Pers ya karena itu. Bersamaan dengan itu juga, terbit koran berbahasa Belanda De Vorstenlanden,” terang Susanto saat ditemui Solopos.com, Rabu (9/2/2022).

Baca Juga: Serangan Umum I Tentara Pelajar Solo, Angka Unik Jadi Kode

Advertisement

Baca Juga: Serangan Umum I Tentara Pelajar Solo, Angka Unik Jadi Kode

Perjalanan Bromartani sebagai surat kabar pertama yang lahir di Solo cukup dinamis dan sempat berubah nama menjadi Jurumartani. Hingga lima-enam tahun kemudian, Jurumartani berubah kembali menjadi Bromartani.

Begitu juga yang dialami koran De Vorstenlanden. Pada 1880-an, surat kabar tersebut berubah namanya menjadi De Nieuwe Vorstenlanden. Meski surat kabar Bromartani tak hidup lama, Solo menjadi kota yang pertama memunculkan pers pribumi.

Advertisement

Baca Juga: 120 Karya Foto Sejarah PON Dipamerkan di Monumen Pers Solo

Majalah Baluwarti

Selaras dengan nama wilayahnya, media cetak tersebut diberi nama majalah Baluwarti. Hal tersebut dikatakan oleh salah seorang penggawa dan sastrawan Jawa, Daniel Tito. Ia bersama dua kawannya, Poer Adhi Prawoto dan Rusmadianto, para penggawa kesusastraan Jawa bersama-sama hidup dan menghidupi majalah Baluwarti.

Situasi sulitnya mendapatkan kertas untuk kebutuhan percetakan membuat majalah tersebut harus terhenti. Di bawah asuhan Gendon Humardani, yang namanya diabadikan pada bangunan Pendapa Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, majalah tersebut redup setelah empat kali terbit.

Advertisement

Baca Juga: Pameran ResPONs Solo, 121 Foto Rekam Perjalanan PON Selama 7 Dekade

“Terbitan-terbitan Solo juga, ada majalah Baluwarti [1980 hingga 1982], dulu terbit di Sasana Mulya di bawah asuhan Gendon Humardani. Hanya empat kali penerbitan setelah itu selesai, karena dulu susah kertas,” katanya, Rabu.

Ibarat sungai, Solo menjadi hulu kehidupan produk pers berbahasa Jawa. Selain Bromartani dan majalah Baluwarti, lahir juga koran Dharmanyata.

Advertisement

Koran tersebut yang kini menjadi tabloid Nyata. Selain Dharmanyata, ada juga koran Dharmakanda dan Parikesit. Ketiganya lahir pada 1980-an dan akhirnya redup sudah pada 1990-an.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif