SOLOPOS.COM - Siswa TK-SD Kanisius Mlese dan warga saat menggelar Kenduri Sadranan di Dusun Mlese, Kelurahan Mlese, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Senin (13/3/2023) pagi. (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN — Guru dan murid TK-SD Kanisius Mlese turut serta menyemarakkan Kenduri Sadranan yang digelar masyarakat Dusun Mlese, Kelurahan Mlese, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Senin (13/3/2023) pagi. Hal itu sekaligus sebagai bentuk kecintaan para siswa terhadap budaya alias kearifan lokal.

Pagi itu, para guru dan murid TK-SD Kanisius Mlese berjalan kaki penuh semangat menuju makam di timur Desa Mlese. Mereka berangkat dari sekolah tepat pukul 06.20 WIB. Mereka berjalan kaki dengan penuh semringah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tidak berselang lama, rombongan TK-SD Kanisius tiba di lokasi kenduri. Satu per satu warga Dusun Mlese juga berangsur-angsur berdatangan memadati bangsal di area makam.

Kemeriahan terlihat tumpah ruah saat terjalin kebersamaan antara guru dan murid TK-SD Kanisius Mlese yang berbaur menjadi satu dengan warga. Mereka duduk berjejer mengelilingi aneka makanan kenduri yang sudah tertata rapi.

Kenduri Sadranan diawali dengan doa lintas iman, yakni Islam, Katolik, dan Kristen. Hingga akhirnya, semua makanan yang dihidangkan disantap bersama sama oleh seluruh peserta kenduri.

Dalam sambutannya, Ketua KBM Kontekstual, Kusumawati Elisabet, mengatakan Kenduri Sadranan sebagai sumber belajar para siswa. Tak lupa di kesempatan itu, dirinya menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung Kenduri Sadranan.

“Acara ini merupakan kegiatan KBM Kontekstual SD Kanisius Mlese semester II dan sebagai bentuk merdeka belajar sesuai konteks sekolah dan terjadinya relasi dengan semua orang yang berkehendak baik dan terwujudnya rasa toleransi serta upaya sekolah untuk membumikan budaya lokal,” tutur guru kelas IV SD Kanisius Mlese tersebut dalam siaran pers yang diterima Solopos.com, Kamis (16/3/2023).

Guru dan murid TK-SD Kanisius Mlese sangat menghargai tradisi sebagai kearifan lokal dan menjadi kekayaan budaya yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Sebagai pewaris tradisi, masyarakat menjadikan sadranan sebagai momentum menghormati para leluhur dan ucapan syukur kepada Sang Pencipta.

Berbagai nilai yang bisa dihidupi dari tradisi sadranan antara lain bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kebersamaan, kerukunan, gotong-royong, dan menghormati para leluhur.

Kenduri Sadranan merupakan sumber pembelajaran kontekstual sebagai upaya sekolah mewujudkan merdeka belajar. KBM Kontekstual SD Kanisius Mlese diharapkan sebagai program yang bisa diunggulkan dan menjadi nilai plus sehingga menjadi daya tarik tersendiri agar TK-SD Kanisius Mlese semakin diminati oleh masyarakat.

“Semoga dengan KBM Kontekstual di SD Kanisius Mlese bisa menumbuhkan kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan putra putri mereka di sekolah ini,” harap Kusumawati Elisabet.

Kepala Desa (Kades) Mlese, Hari Wibawa, mengatakan kegiatan sadranan kali ini juga ditujukan mengenang leluhur yang sudah meninggal. Warga dan para siswa pun mendoakan leluhur yang sudah meninggal tersebut.

“Semoga warga Desa Mlese mendapat berkah yang melimpah. Di sini, kami juga berpesan kepada seluruh warga agar selalu berbuat baik dalam hidup ini,” katanya.

Hari Wibawa mengaku senang sekali dengan keterlibatan murid TK dan SD Kanisius Mlese dalam Kenduri Sadranan. Kades itu memberikan tanggapan positif atas kegiatan yang melibatkan komunitas sekolah dan warga masyarakat tersebut.

“Acara kebersamaan seperti ini membuat hati kita senang dan tambah barokah,” kata Hari Wiwaba saat menjawab pertanyaan dari salah seorang siswa kelas IV SD Kanisius Mlese, Vinsen di sela-sela acara Kenduri Sadranan.

Gelaran acara Kenduri Sadranan bertambah meriah dengan acara rebutan gunungan. Salah satu dari tiga gunungan itu dibuat SD Kanisius Mlese diperebutkan oleh anak-anak dan warga. Gunungan tersebut terdiri dari apam, jagung, ubi jalar, dan kacang rebus, serta sejumlah amplop yang berisi uang yang digantungkan pada gunungan.

Selama rangkaian Kenduri Sadranan itu, siswa kelas V SD Kanisius Mles, Julius Hertino Dipo Susanto turut menampilkan tari prawiroguno. Di samping itu, sebanyak enam murid SD Kanisius Mlese menampilkan sendratari Ayo Sinau yang mampu menyedot perhatian warga Mlese dan sekitarnya.

Di waktu sebelumnya, serangkaian kegiatan telah dilaksanakan terlebih dahulu sebelum Kenduri Sadranan. Hal itu seperti membersihkan makam di timur Desa Mlese, tabur bunga para keluarga, kerabat dan sahabat. Selain itu, ada acara talkshow tentang sadranan yang menghadirkan tokoh masyarakat Desa Mlese sebagai narasumber, yakni F.X. Suyono.

Kegiatan sadranan bersama warga memberikan kesan yang mendalam bagi guru dan murid TK-SD Kanisius Mlese. Di mana untuk pertama kalinya mereka ikut berbagi kegembiraan dalam Kenduri Sadranan. Hal itu seperti yang diungkapkan F.X. Sri Kuswandi bahwa sadranan tahun 2023 ini benar-benar berbeda dari tahun tahun sebelumnya.

“Baru kali ini saya melihat sadranan yang sangat meriah,” ungkap warga Dusun Mlese ini.

Kepala SD Kanisius Mlese, Lukas Triyanta, mengajak seluruh komunitas sekolah untuk terus bergerak dan berdinamika bersama serta kontekstual dalam segala hal. Hal itu baik di bidang lingkungan, budaya, toleransi, dan Pancasila.

“Jangan ndheprok. Tetap semangat njenggirat nguripi-urip dan ngurupke urup,” kata Lukas Triyanta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya