SOLOPOS.COM - Warga menaiki perahu cinta di bibir Waduk Kedung Ombo, Dusun Boyolayar RT 026 dan 027, Desa Ngargosari, Sumberlawang, Sragen. (Solopos-Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Tiga investor tertarik untuk mengelola Waduk Kedung Ombo (WKO) Sragen yang biaya pengelolaannya mencapai Rp160 miliar.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat ditemui wartawan di teras Rumah Dinas Bupati Sragen, Sabtu (26/3/2022), mengatakan Sragen memiliki Surat Izin Pengusahaan Air (SIPA) WKO sejak 2015 lalu tetapi sampai sekarang belum digunakan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Yuni, sapaan akrab Bupati Sragen, SIPA itu kemudian diperpanjang kembali karena selama ini tidak ada pembangunan apapun.

Baca Juga: Keindahan WKO Bisa Dinikmati Maksimal di Gunung Kemukus pada Bulan Ini

“Setelah diinventarisasi ternyata kebutuhan investasi untuk pengambilan air WKO itu tidak sedikit. Nilainya sampai Rp160 miliar. Mengambil air dari WKO kemudian dialirkan ke rumah-rumah penduduk itu ternyata anggarannya besar. Kami sudah pernah mengajukan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tetapi belum ada lampu hijau sehingga kami mengambil langkah untuk dikerjasamakan dengan pihak ketiga,” ujar Yuni.

Yuni mencatat sudah ada tiga investor yang mengajukan penawaran ke Sragen untuk pengusahaan air WKO itu. Dia mengungkapkan Pemkab sedang menyeleksi satu per satu sesuai kebutuhan.

Dia menjelaskan misalnya Pemkab Sragen membutuhkan sistem kerjasamanya lewat bagi hasil atau build operate transfer (BOT) atau kerja sama saling menguntungkan. Semua itu masih dalam kajian Badan Pengawas dan PDAM Tirtonegoro Sragen.

Baca Juga: Atasi Kekeringan Sekitar WKO Sragen, Komunitas Gelar Aksi Tanam Pohon

“Nanti kalau sudah mengerusut pada satu kesimpulan maka tinggal dipaparkan kepada investor. Misalnya, adanya 2.000 sambungan baru perta tahun itu memungkinkan tidak? Layanan airnya meliputi wilayah Sumberlawang, Miri, Gemolong, Mondokan, dan sebagian Tanon. Dengan melihat hal itu, para investor pasti berpikir untuk kebutuhan biaya dan benefit yang dihasilkan,” katanya.

Dia mengatakan di Sumberlawang itu ada zona industri yang menuntut kebutuhan air tinggi. Bupati menyerahkan kajian pengusahaan air WKO itu kepada PDAM.

Tiga investor yang masuk itu, ujar dia, tertarik karena air merupakan hajat hidup orang banyak. Dia mengungkapkan Sragen sedang membuat feasibility study (FS) untuk pengusahaan air WKO.

“Kalau bisa luar biasa karena bisa mendorong Gemolong menjadi kota kedua setelah Sragen. Ternyata ambil air WKO itu tidak mudah. Air WKO itu masih harus diolah dengan water treathment agar air bisa layak konsumsi. Nah, teknologi olah air ini pun membutuhkan biaya yang besar,” katanya.

Baca Juga: Jalan Menuju Warung Apung WKO Rusak, 2 Tahun Belum Diperbaiki

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sragen, Suharti, menyampaikan tren investasi di Sragen sejak 2016 menunjukkan angka peningkatan yang luar biasa.

Dengan adanya kebijakan lahan sawah yang dilindungi (LSD), Yuni berharap tim verifikasi di lapangan betul-betul memotret kondisi riil di lapangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya