Soloraya
Senin, 15 Agustus 2011 - 09:25 WIB

Berharap berkah Ramadan lewat Alquran braille...

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) A Yayasan Asuhan Anak-anak Tuna (YAAT) Klaten tengah belajar membaca Alquran braille. (JIBI/Solopos/Moh Khodiq Duhri)

Sejumlah siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) A Yayasan Asuhan Anak-anak Tuna (YAAT) Klaten tengah belajar membaca Alquran braille. (JIBI/Solopos/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com–Lantunan ayat-ayat suci Alquran berkumandang di kompleks Sekolah Luar Biasa (SLB) A Yayasan Asuhan Anak-anak Tuna (YAAT) Klaten, akhir pekan kemarin.

Advertisement

Belasan anak duduk bersila di sebuah ruangan. Tangan mereka memegang kitab tebal. Kendati tak tampak coretan tinta di atas kitab itu, anak-anak mampu membaca apa yang tersirat di dalamnya.

Ya, kitab itu merupakan Alquran yang bertuliskan dengan aksara braille. Tidak seperti Alquran pada umumnya, kitab suci itu ditulis dengan susunan titik timbul. Alquran ini dibuat khusus bagi para
penyandang tunanetra yang ingin mempelajarinya.

Demikian halnya yang dialami belasan siswa SLB A YAAT Klaten ini. Sebagian besar mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Sungguh, masa depan mereka masih panjang. Namun, masa depan itu harus dilalui dengan serba keterbatasan. Indra penglihatan mereka tak dapat berfungsi. Hanya lewat suara dan sentuhan, mereka mengenali lingkungan.

Advertisement

Di balik keterbatasan fisik itu, mereka memiliki kesungguhan yang tinggi untuk meraih berkah di bulan Ramadan kali ini. ”Beberapa tahun lalu, saya masih bisa membaca Alquran dengan mata saya. Sekarang kedua mata saya sudah tidak berfungsi. Saya hanya bisa mendengar Alquran dibacakan. Saya senang dengan adanya Alquran braille ini karena bisa mengobati kerinduan saya membaca Alquran,” tukas Muhammad Abdul Majid, salah seorang siswa SLB A YAAT Klaten saat ditemui wartawan di sela-sela kesibukannya mengaji Alquran braille.

Menurut Abdul, perbedaan mendasar Alquran braille dengan Alquran pada umumnya tak hanya dari segi bentuk fisiknya. “Kalau Alquran biasa itu kharokat-nya berada di atas atau di bawah. Kalau Alquran braille kharokat-nya ada di samping. Memang dibutuhkan kecermatan untuk
dapat membacanya. Tetapi saya senang bisa membacanya kembali,” aku Abdul.

Selama belajar mendalami Alquran, mereka diampu oleh para guru yang juga penyandang tunanetra. Kegiatan mempelajari Alquran dimulai setiap pukul 10.00 WIB hingga Zuhur tiba selama bulan Ramadan ini. Mereka dikelompokkan dalam tiga kelas, yakni pemula, sedang, dan mahir.

Advertisement

“Pemahaman kaidah Tajwid kami berikan kepada anak-anak yang sudah mahir membaca Alquran,” tukas Iktikafi Arjuna, salah seorang pengajar Alquran yang juga penyandang tunanetra ini.

Tidak adanya Indra penglihatan bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk mengaji Alquran. Sentuhan jemari mereka mengantarkannya pada bacaan Alquran dengan tartil. Bisa jadi, kesungguhan mereka berharap berkah di bulan Ramadan ini mengalahkan kesungguhan orang-orang yang memiliki penglihatan sempurna.

(Moh Khodiq Duhri)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif