SOLOPOS.COM - Air dari pipa sumur dalam di cekungan Grengseng, Desa Poleng, Sragen, diujicoba penggunaannya dan diambil sampel uji coba dari Dinas Kesehatan, Rabu (13/9/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Problem krisis air bersih selalu jadi langganan warga Kabupaten Sragen di utara Bengawan Solo setiap musim kemarau. Tiap tahun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen harus menyiapkan dana pengiriman bantuan air bersih.

Tahun ini, BPBD mendapat anggaran bantuan air bersih sebanyak 500 tangki, sudah terpakai 209 tangki. Sementara bantuan air bersih dari pihak swasta melalui corporate social responsibility (CSR) ada 361 tangki, sudah tersalurkan 181 tangki. Rata-rata ongkos pengiriman air bersih itu Rp250.000/tangki. Untuk pengiriman air bersih ke Kecamatan Miri ongkosnya lebih mahal, yakni Rp350.000/tangki.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dua pekan lalu, antrean pengiriman air sudah tembus 504 tangki. “Sampai Selasa [12/9/2023], ada 390 tangki air bersih yang sudah didistribusikan ke desa-desa zona merah krisis air bersih. Ada 27 desa di enam kecamatan yang mengajukan permohonan bantuan air bersih. Mereka terdiri atas 122 rukun tetangga (RT) di 76 dukuh,” ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen, Giyanto, Rabu (13/9/2023).

Jumlah tersebut belum termasuk bantuan dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sragen. Giyanto menilai kemarau tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu di mana anggaran bantuan air bersih tak terpakai semua. “Tahun lalu anggaran tersisa karena kemarau basah,” ujarnya.

Menyikapi persoalan itu, Dirut PDAM Hanindyo Heru Prayitno bersama Sekda Hargiyanto dan Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Pertanahan, dan Tata Ruang (Disperkimtaru) Aris Wahyu di mencoba mencari solusi.

Didapatlah ide membuat sumur dalam di zona merah kekeringan. Sumur dalam dinilai lebih efektif mengatasi krisis air bersih ketimbang terus menerus mengirimkan bantuan air bersih ke lokasi kekeringan. Pembangunan sumur dalam dinilai jadi solusi jangka panjang.

PDAM sudah memetakan ada tujuh kecamatan yang masuk zona merah krisis air bersih, yakni Tangen, Jenar, Mondokan, Sukodono, Sumberlawang, Miri, dan Gesi. “Inisiasi sumur dalam ini menjadi pilot project. Kalau berhasil dibor di setiap kecamatan maka bisa dimanfaatkan untuk kecamatan lainnya,” jelas Hanindyo saat meninjau pembangunan sumur dalam di Dukuh Grengseng, Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Sragen, Rabu siang

Tujuh Sumur Dalam

Untuk tahap awal pada September ini, PDAM membangun tujuh sumur di Gesi. Salah satunya di Dukuh Grengseng. Selain itu ada juga perbaikan jaringan pipa di Desa Pare, Kecamatan Mondokan.

Sumur di Grengseng sudah dibuat dengan kedalaman sekitar 80 meter. Debit airnya 1-2 liter per detik. Air tersebut akan ditampung di tandon berkapasitas 3.000 liter yang ditempatkan hanya setengah meter dari sumur. Butuh waktu sekitar 1-2 jam untuk memenuhi tandon tersebut.

Air tersebut setidaknya bisa mencukupi kebutuhan mandi, cuci, kakus (MCK) 120 keluarga dari dua RT sekitar. Harapannya pekan depan air tersebut sudah bisa dinikmati warga.

Dalam mencari lokasi pengeboran sumur, ada tiga metode yang dilakukan PDAM. Yakni dengan mencari daerah cekungan, mencari sumur yang sudah eksis lalu mengebor sumur baru di dekatnya, dan menggunakan geolistrik untuk mencari sumber air. Begitu sudah jadi, sumur tersebut akan diserahkan kepada warga untuk dikelola secara mandiri.

“September ini diharapkan bisa 11 sumur dalam, yakni tujuh unit di Gesi dan empat unit di Sumberlawang. Kemudian perbaikan jaringan pipa ada di Gesi satu paket dan Pare Mondokan satu paket. Awalnya kami ditarget 40 unit sumur dalam. Pada tahap awal ini, kami baru membangun tujuh unit dulu,” jelasnya.

Tujuh sumur di Gesi selain di Grengseng yakni di Padas RT 011-012, Dukuh Salam RT 008-009; dan di Desa Slendro empat sumur.

Mantan Bayan Grengseng, Paryanto, berterima kasih kepada Pemkab dan PDAM Sragen yang membuat sumur dalam di wilayahnya. Meski tak bisa dikonsumsi, air sumur itu akan sangat bermanfaat bagi warga Grengseng. Jika debitnya mencukupi, ia ingin air tersebut dialihkan pula ke Dusun Poleng yang juga krisis air. Hanya jaraknya lumayan jauh, 2 km dari Grengseng.

Camat Gesi, Supriyadi, menyampaikan dengan adanya sumur dalam  ke depan diharapkan tidak perlu lagi dropping air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya