Soloraya
Selasa, 4 Juni 2013 - 20:03 WIB

Berjudi Dadu, 12 Warga Dibekuk Polisi

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para pejudi saat gelar perkara di Mapolres Klaten, Selasa (4/6/2013). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Para pejudi saat gelar perkara di Mapolres Klaten, Selasa (4/6/2013). (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN — Sebanyak 12 warga dibekuk aparat Polres Klaten setelah terlibat perjudian jenis dadu di sebuah rumah di Desa Sengon, Kecamatan Prambanan, Klaten, pertengahan Mei lalu.

Advertisement

Dari 12 warga tersebut, delapan di antaranya adalah warga Desa Sengon, Kecamatan Prambanan. Mereka adalah Marsudi, 39, seorang bandar, Surono, 31, Cipto Wiyono, 50, Dwi, 46, Mariyo, 31, Sri, 37, Hari, 25 dan Agus, 23. Sementara empat warga lain adalah Tomi, warga Somopuro, Jogonalan, Sukisno, 45, dan Rajimo, 41, warga Sambirejo, Prambanan, Sleman dan Purwanto, 47, warga Gayamharjo, Prambanan, Sleman.

“Penangkapan 12 warga tersebut berawal dari laporan warga tentang adanya praktik perjudian di sebuah rumah. Setelah kami mengirimkan petugas untuk mengeceknya, ternyata laporan itu benar. Mereka tak bisa berkutik saat digerebek petugas,” terang Kapolres Klaten, AKBP Y Ragil Heru S, dalam gelar perkara di Mapolres Klaten, Selasa (4/6/2013).

Dari 12 warga itu diringkus di rumah milik Sukisno yang berada di Desa Sengon. Terdapat residivis dengan kasus yang sama yakni Purwanto. Warga Gayamharjo, Sleman, itu tidak jera bermain judi kendati sudah pernah masuk penjara karenanya. Dari 12 warga itu, polisi membawa barang bukti berupa uang senilai Rp204.000, tabung untuk mengocok dadu, tiga buah dadu dan sebuah tikar untuk alas.

Advertisement

“Mereka dijerat dengan pasal 303 KUHP dengan ancaman pidana maksimal 10 tahun penjara,” papar Ragil.

Kepada wartawan, Marsudi mengaku belum lama menjalani profesi sebagai bandar judi dadu. Dia mengaku bermodal Rp200.000 dalam menjalankan aksinya. Dengan modal itu, dia mengaku mendapatkan untung mulai Rp75.000 hingga Rp100.000.

“Untungnya memang tidak menentu, kadang banyak kadang sedikit,” ujar lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan itu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif