SOLOPOS.COM - Sejumlah pembersih makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pracimaloyo menanti peziarah di kawasan setempat di Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (28/4/2023).

Solopos.com, SUKOHARJO Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pracimaloyo, di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo menjadi saksi berkah Lebaran bagi para pembersih makam. 

Banyaknya peziarah yang datang ke TPU Pracimaloyo saat hari raya Idulfitri sekaligus mengalirkan berkah bagi mereka.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah seorang pembersih makam setempat, Wiji, 51, mengaku meraup berkah hingga Rp500.000/hari saat Lebaran lalu.

“Kemarin hari pertama Lebaran dapat Rp500.000/hari setelah itu paling hanya Rp100.000/hari puncaknya sampai Lebaran ketupat ini. Setelah itu belum tentu setiap harinya dapat,” jelas Wiji saat berbincang di makam setempat bersama segerombol kawannya pada Jumat (28/4/2023).

Wiji menceritakan setelah Salat Ied banyak peziarah yang datang ke makam setempat sejak Jumat (21/4/2023) lalu. 

Perempuan yang telah melakoni pekerjaan sebagai pembersih makam sejak puluhan tahun lalu itu mengaku saat musim Lebaran upah yang ia dapat bisa berkali-kali lipat dibandingkan hari biasa.

Wiji menyebut, satu orang peziarah yang datang biasanya memberi sejumlah uang berkisar Rp50.000-Rp100.000. Jumlah tersebut biasanya ia bagi bersama rekan-rekan kelompoknya yang berjumlah 20 orang.

TPU Pracimaloyo sendiri memiliki luas 11.000 meter persegi dengan luas tersebut pembersih makam terbagi dalam beberapa kompleks lokasi.

Masing-masing lokasi terdapat kelompok pembersih makam dengan jumlah mencapai puluhan pembersih. Mereka biasanya langsung berbondong-bondong mendatangi para peziarah yang terlihat hadir. 

Kendati demikian dia memastikan jika ada rezeki datang mereka tak saling berebut.

Sebagai pembersih makam yang telah puluhan tahun bekerja di sana dia menceritakan sejumlah uang yang dia dapatkan saat Lebaran itu harus dia bagi dalam beberapa hari ke depan. 

Sebab penghasilan yang terkesan banyak itu hanya dia dapatkan dalam satu tahun sekali. Dalam kesehariannya dia hanya mendapat Rp10.000-Rp30.000/hari.

Terkadang dalam tiga hari berturut-turut peziarah tak juga datang memberi rezeki.

Meskipun begitu dengan bermodalkan sapu lidi, perempuan yang memiliki suami pembongkar pasir itu mengaku penghasilan yang dia terima dari membersihkan makam masih mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari hingga menyekolahkan anaknya.

Terkadang jika sang suami tak mendapat pekerjaan membongkar pasir dia harus melakoni pekerjaan sama sebagai pembersih makam.

Perempuan yang tinggal di dekat makam itu menyebut mayoritas pembersih makam berasal dari warga sekitar yang terkadang merupakan pekerjaan turun temurun.

Sementara, pembersih makam lain, Sarino, 65 mengatakan selain menjadi pembersih makam, dia juga melakoni pekerjaan sampingan yakni mengumpulkan bunga kamboja.

Bunga-bunga yang terkumpul tersebut kemudian dikeringkan dan dibeli oleh pengepul dengan harga Rp20.000 per kilogram bunga kering.

“Ini nyambi jual bunga kamboja kering, buat campuran bahan obat nyamuk bakar. Ya tapi kadang kalau bisa kering terjual, tapi kadang kalau pas dijemur pas hujan juga rusak tidak bisa terjual,” jelas pria yang telah menjadi pembersih makam sejak kecil atau tepatnya pada banjir besar di Solo pada 1966.

Sementara itu, peziarah asal Bandung, Rahardian, 45 mengatakan setiap Lebaran dia bersama sanak saudaranya yang berasal dari Solo datang ke TPU Pracimaloyo untuk berziarah.

Ia mengaku sudah mempersiapkan bunga tabur untuk makam orang tuanya dan juga uang receh untuk para pembersih makam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya