SOLOPOS.COM - Kantor Kepala Desa Lengking, Kecamatan Bulu, Jumat (15/3/2024). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO – Secara administrasi, Desa Lengking masuk wilayah Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Desa Lengking terdiri atas sembilan dusun/dukuh.

Wilayah bagian utara berbatasan langsung dengan Desa Dalangan, Kecamatan Tawangsari. Sedangkan wilayah bagian barat berbatasan dengan wilayah Desa Malangan, Bulu. Wilayah bagian timur berbatasan dengan wilayah Desa Lawu, Nguter. Di sisi selatan, berbatasan langsung dengan Desa Ngasinan, Bulu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Desa Lengking juga memiliki beragam potensi seperti Taman Kalaseba di pinggir Sungai Bengawan Solo hingga handmade yang dibuat kalangan ibu-ibu berupa tas rajut, dompet rajut, dan sejenisnya. Sebagian masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Mereka beraktivitas saban hari untuk menggeliatkan perekonomian desa. Di balik beragam potensi itu, Desa Lengking juga mempunyai histori yang cukup menarik.

Nama Desa Lengking berasal dari Bahasa Jawa yakni langking yang bermakna hitam legam. Konon, cikal bakal terbentuknya Desa Lengking berkaitan erat dengan kisah pengembara yang memakai pakaian serba hitam.

“Cerita ini turun temurun dari nenek moyang. Pengembara itu sendirian berjalan kaki menyisir Bengawan Solo dan hutan belantara. Dulu, daerah sini masih hutan belantara dan semak belukar,” kata salah satu sesepuh Desa Lengking, Suwignyo, Jumat (15/3/2024).

Pengembara itu berjalan kaki berkilometer hingga masuk hutan belantara yang banyak ditumbuhi pohon rindang. Kala itu, ia duduk di bawah pohon besar yang rindang dari pagi hari hingga petang hari.

Lantaran merasa betah, pengembara itu bertapa dalam waktu yang lama di lokasi tersebut. “Sang pengembara itu lantas menetap di daerah tersebut. Dia sangat senang tinggal di situ karena tanahnya cukup subur dan dekat dengan sumber air, yakni Bengawan Solo,” ujar dia.

Lambat laun, masyarakat mulai berdatangan ke lokasi itu. Mereka juga ingin menetap dan membangun rumah di daerah itu. Pengembara itu akhirnya mendapat banyak teman dan tetangga rumah. Semakin hari semakin banyak masyarakat yang ingin menetap di lokasi itu. Sehingga, daerah itu sudah seperti permukiman penduduk.

Warga setempat memanggil pengembara itu dengan sebutan Ki Ageng Sregi Pilang Wulung. Setelah puluhan tahun menetap, Ki Ageng Sregi Pilang Wulung akhirnya meninggal dunia lantaran sakit.

“Sebelum meninggal, beliau berpesan agar daerah itu diberi nama Langking yang bermakna hitam. Penyebutan Langking mungkin bagi orang Jawa agak susah. Kemudian berubah Lengking hingga sekarang,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya