SOLOPOS.COM - Wisatawan melihat benda-benda sejarah yang tersimpan di Museum Keraton Solo, Sabtu (7/1/2023). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com, SOLO — Pengelola objek wisata Keraton Solo, termasuk guide atau pemandu, tidak bosan-bosannya mengingatkan wisatawan atau pengunjung agar menjaga kesopanan dan tutur kata selama berada di kompleks bangunan cagar budaya tersebut.

Hal itu tidak lepas dari kepercayaan adanya bagian-bagian wingit di kompleks bangunan keraton berusia 277 tahun tersebut. Bahkan konon kawasan cagar budaya Solo itu dijaga oleh makhluk tak kasatmata berwujud raksasa.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Seperti diketahui, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan ikon wisata heritage dan budaya yang menjadi magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Para wisatawan datang dari berbagai daerah maupun negara.

Keraton Solo dibangun saat masa pemerintahan Raja Keraton Solo, Paku Buwono (PB) II, pada 1745. Kala itu, keraton dipindahkan ke Desa Sala setelah peristiwa Geger Pecinan di Keraton Kartasura pada 1743.

Artinya, bangunan-bangunan di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berusia ratusan tahun. Di dalam kompleks Keraton juga tersimpan beragam benda pusaka peninggalan Dinasti Mataram Islam seperti keris, tombak, payung, hingga kereta kuda.

Tak sedikit, bangunan maupun area di Keraton yang sakral dan wingit. Wisatawan maupun masyarakat yang berkunjung ke Keraton harus menjaga kesopanan dan etika dalam berperilaku maupun bertutur kata.

“Saya hampir setiap hari mendampingi wisatawan yang berkunjung ke Keraton. Saya sampaikan agar selalu menjaga kesopanan dan perilaku saat berkeliling di kompleks Keraton,” ujar Pamong Pawiyatan Keraton Solo, KRT Setiadi, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (8/1/2022).

Namun demikian, Setiadi mengatakan kadang ada saja wisatawan yang tak mengindahkan peringatan itu dan akhirnya menerima konsekuensinya. Seperti dialami dua wisatawan saat libur Natal dan Tahun Baru lalu.

Gegara tak bisa menjaga etika dan kesopanan dalam berperilaku dan tutur kata saat berada di kompleks Keraton Solo, dua wisatawani itu mendapat gangguan sosok tak kasatmata hingga kesurupan.

“Saat libur Natal dan Tahun Baru kemarin, ada dua orang yang kesurupan. Mereka berasal dari Bali dan rombongan dari Rembang. Ya itu tadi, sudah saya ingatkan tapi bisik-bisik saat berkeliling di Keraton,” ujar dia.

Setiadi menyampaikan tradisi kulanuwun dalam masyarakat Jawa harus dipahami saat berkunjung ke Keraton. Mereka harus menjaga sopan santun dan tidak melakukan hal-hal ceroboh.

“Dulu ada wisatawan berswafoto sembari duduk di patung yang wingit. Sampai rumah, anaknya menangis terus menerus, tidak mau berhenti. Akhirnya kembali lagi ke Keraton. Tiba-tiba anaknya diam,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya