Soloraya
Rabu, 31 Juli 2013 - 02:30 WIB

Berurai Air Mata di Malam Selikuran Masjid Assegaf Pasar Kliwon Solo

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ribuan kaum Muslim berurai air mata mendengarkan doa dari Habib Jamal Assegaf (dibelakang mik) didampingi Habib Syech Abdul Qadir Assegaf. di depan Masjid Agung Jamik Assegaf, Jl. Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo, Senin (29/7) malam. (Muhammad Khamdi/JIBI/Solopos)

Ribuan kaum Muslim berurai air mata mendengarkan doa dari Habib Jamal Assegaf (dibelakang mik) didampingi Habib Syech Abdul Qadir Assegaf. di depan Masjid Agung Jamik Assegaf, Jl. Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo, Senin (29/7) malam. (Muhammad Khamdi/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Peringtan Malam Selikuran di Masjid Assegaf Solo dihadiri ribuan orang. Mereka  berpakaian serba putih memadati Masjid Jamik Assegaf, Pasar Kliwon, Solo, Senin (29/7/2013) malam.

Advertisement

Mereka datang dari berbagai daerah Soloraya dan luar kota. Kedatangan kaum muslim ini tak lain untuk mengikuti acara malam selikuran yang rutin digelar di masjid yang dikenal kampung Arab.

Bahkan, saking banyaknya jemaah yang ingin mengikuti acara tersebut, bahu jalan di area masjid dipadati ratusan orang.

Advertisement

Bahkan, saking banyaknya jemaah yang ingin mengikuti acara tersebut, bahu jalan di area masjid dipadati ratusan orang.

Acara malam selikuran diadakan setelah Salat Tarawih, dilanjutkan doa Khatmil Quran dan doa keselamatan bagi kaum muslimin di muka bumi ini.

Selanjutnya, rangkaian acara dilanjutkan tausiyah dari Habib Syech Abdul Qadir Assegaf. Dalam ceramahnya, Habib Syech mengingatkan umat Islam untuk selalu mendirikan salat lima waktu.

Advertisement

Habib Syech menegaskan bahwa 99 persen kaum muslim terlibat riba, baik dalam dunia perdagangan maupun muamalah lainnya. Padahal, tidak sedikit dari mereka mengetahui bahwa riba itu hukumnya haram.

“Sebenarnya mereka telah menuntut ilmu untuk mempelajari hukum yang dilarang dan diperbolehkan. Namun ilmu itu tidak dipakai, sehingga orang sering mengabaikan,” terangnya.

Mayoritas kaum muslim, menurut Habib Syech, mempunyai kecenderungan untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan formal. Berapa pun besaran biaya, tidak jadi soal. Giliran anak menuntut ilmu pendidikan agama, banyak orang berat untuk mengeluarkan biaya.

Advertisement

“Bisa dibandingkan, orang tua lebih peduli untuk membayar guru privat pendidikan formal biar mendapatkan nilai bagus di sekolahnya. Namun memberi upah kepada guru ngaji di Taman Pendidikan Alquran (TPA) seakan berat. Inilah kenyataan zaman sekarang. Orang lebih mementingkan pendidikan formal, maka jangan salahkan anak apabila kelak dewasa tidak bisa membaca Al-quran,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, Habib Syech dengan lantang menyindir orang Arab Pasar Kliwon yang jarang pergi ke masjid. Bahkan, sangat sedikit sekali orang yang mengikuti kajian ilmu agama di Masjid Assegaf.

Salah satu pengunjung, Amin, mengaku telah beberapa kali mengikuti acara malam selikuran di Masjid Assegaf. “Rasanya adem, pikiran tenang. Dan seolah segala masalah hilang dengan sendirinya,” papar warga Semanggi ini di lokasi.

Advertisement

Puncak malam selikuran ditutup dengan doa dari Habib Jamal Assegaf. Habib Jamal didampingi Habib Syech keluar menuju halaman masjid seraya menengadahkan kedua tangan sambil merapalkan doa. Para hadirin larut dalam untaian doa sehingga tak jarang mereka menitikkan air mata.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif