SOLOPOS.COM - Suasana di depan Kelenteng Tien Kok Sie di dekat Pasar Gede Solo, Minggu (8/1/2023). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLOKelenteng Tien Kok Sie di dekat Pasar Gede Solo yang merupakan kelenteng tertua di Solo ternyata belum pernah direvitalisasi meskipun pernah terendam banjir besar tahun 1966.

Kondisi bangunan masih tampak kokoh serta terawat ketika Solopos.com masuk ke berbagai ruangan di kelenteng tersebut, Minggu (8/1/2023). Pagi itu, umat Konghuchu Kelenteng Tien Kok Sie melaksanakan ritual Pao Oen menjelang Imlek 2023.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ada lilin serta sesaji yang digunakan untuk mendukung kegiatan Pao Oen waktu itu. Altar Tuhan berada di pintu masuk. Ada beberapa altar dewa yang digunakan untuk berdoa umat Tien Kok Sie.

Dewi Kwan Im menjadi dewi tuan rumah Kelenteng Tien Kok Sie di Pasar Gede Solo. Patungnya berada di ruang utama, di depan patung Sam Cun Tay Hud atau Sam Po Hut. Di ruang belakang, terdapat beberapa altar.

Di antaranya ada altar dengan tiga dewa sesuai masing-masing kepercayaan, yakni  Patung Kong Hu Cu, She Cia Mo Ni Hud, dan Thay Siang Lo Kun. Sebagai informasi, kelenteng merupakan rumah ibadat agama Kunghucu, Buddha, dan Taoisme.

Selain itu, ada altar Dewa Bumi serta altar Dewa Dapur. Ornamen-ornamen berupa ukiran menghiasi ruangan kelenteng. Ukiran tiga dimensi diukur di kayu jati, antara lain, ukiran bunga pisang dan barongsai.

kelenteng tien kok sie
Patung Kong Hu Cu, She Cia Mo Ni Hud, dan Thay Siang Lo Kun di Kelenteng Tien Kok Sie, Solo, Minggu (8/1/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Ketua Yayasan Kelenteng Tien Kok Sie, Sumantri Dana Waluya, menjelaskan kelenteng di sebelah selatan Pasar Gede Solo itu dibangun secara swadaya pada 1745. Pembangunan berlangsung selama tiga tahun. Proses ukiran ornamen menjadi proses paling sulit.

Tanah dari Keraton Solo

“Ini konon tanah dari Sinuhun [Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat]. Ada surat palilah namun terjadi banjir besar 15 Maret 1966, suratnya hilang,” kata Sumantri kepada Solopos.com, Minggu.

Menurut dia, ada pengusaha yang dekat dengan Keraton Solo sehingga mereka mendapatkan lahan untuk pendirian kelenteng. Badan Pertanahan Nasional (BPN) menuliskan dokumen tanah dengan nama DKS yang berarti Komain Kasunanan Surakarta.

Sumantri mengatakan selanjutnya ada regulasi tentang agraria berupa tanah Keraton Solo di luar tembok menjadi milik negara dan tanah di area tembok keraton dimiliki Keraton Solo. Kelenteng Tien Kok Sie di dekat Pasar Gede Solo berusaha mengurus sertifikat sejak 1966 namun butuh proses panjang.

Sumantri beserta pengurus terbaru mulai berusaha mengurus sertifikat tanah mulai dari akta yayasan, sertifikat, izin mendirikan bangunan (IMB) meskipun bangunan sudah ada sejak sebelum Indonesia Merdeka.

“Semua saya urus mulai akta dan sertifikat lalu saya ditelepon Pak Rudy [mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo], sudah jadi dalam tiga bulan,” jelasnya.

Dia menjelaskan Rudy menyerahkan sertifikat guna bangunan untuk kelenteng Tien Kok Sie pada Oktober 2020 dengan upacara serah terima yang dihadiri sekitar 100 orang.

Pemberian Sertifikat

Dia menjelaskan statemen Rudy yang menjelaskan kebanggaannya menjelang berakhir masa jabatan sebagai Wali Kota Solo bisa memberikan sertifikat rumah ibadat paling tua di Kota Solo.

Sumantri menjelaskan belum pernah dilakukan revitalisasi meskipun kelenteng pernah terendam banjir. Pengurus yayasan hanya melakukan perawatan berupa pengecatan ulang serta mencuci patung dewa sebelum Imlek.

“Material bangunan memakai kayu jati. Kayu terkena banjir semakin bagus. Makanya kayu jati bangunan sekarang ini diakali dengan cara direndam,” ujarnya.

Sumantri tidak mengetahui pasti alasan Dewi Kwan Im menjadi dewa utama di Kelenteng Tien Kok Sie dekat Pasar Gede Solo. Kemungkinan para pendiri biasa ritual doa dengan Dewi Kwan Im atau kesepakatan bersama banyak umat berdoa dengan tradisi Dewi Kwan Im.

Berdasarkan catatan Solopos.com, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menyempatkan mampir ke Kelenteng Tien Kok Sie, kelenteng yang terletak di Pasar Gede Solo tahun lalu, Minggu (30/1/2022).

“Saya lagi di kelenteng di Solo yang diperkirakan paling tua di Indonesia, kelenteng yang katanya dibangun tahun 1745-1748. Sejarahnya dulu tanahnya dikasih Keraton Solo, dan dibangun bareng dengan Keraton Kasunanan. Ini cukup tua,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Pemprov Jateng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya