Soloraya
Kamis, 31 Agustus 2023 - 21:54 WIB

Besok Puncak Tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom Klaten, 8-9 Ton Apam bakal Disebar

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga menyedekahkan apam yang akan disebarkan pada puncak tradisi sebaran apam Yaa Qawiyyu, Kecamatan Jatinom, Klaten, Kamis (31/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Puncak acara sebaran apam yang menjadi bagian tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, akan berlangsung pada Jumat (1/9/2023) siang. Tradisi itu sudah berlangsung secara turun temurun sejak empat abad silam.

Puncak tradisi sebaran apam Yaa Qawiyyu tahun ini bakal digelar selepas Salat Jumat. Tahun ini, jumlah apam yang disebar diperkirakan mencapai 8-9 ton. Apam itu berasal dari sedekah masyarakat. Sebelum puncak tradisi digelar, warga berbondong-bondong bersedekah apam.

Advertisement

Sedekah apam itu diberikan warga di menara Lapangan Klampeyan, Kelurahan/Kecamatan Jatinom, tempat sebaran apam digelar. Seperti yang terlihat pada Kamis (31/8/2023) sore.

Warga mulai berdatangan untuk menyerahkan apam yang disedekahkan. Salah satunya Srinatun, 67, warga Desa Krajan, Kecamatan Jatinom. Sekitar pukul 15.00 WIB, Srinatun datang ke menara di Lapangan Klampeyan tempat penyerahan sedekah sekaligus sebaran apam pada puncak tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, besok.

Advertisement

Warga mulai berdatangan untuk menyerahkan apam yang disedekahkan. Salah satunya Srinatun, 67, warga Desa Krajan, Kecamatan Jatinom. Sekitar pukul 15.00 WIB, Srinatun datang ke menara di Lapangan Klampeyan tempat penyerahan sedekah sekaligus sebaran apam pada puncak tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, besok.

Dia menyerahkan 17 biji apam yang dibungkus plastik. Apam itu kemudian diterima petugas sembari mengucapkan terima kasih dan memanjatkan doa. Petugas juga menyerahkan apam ke Srinatun untuk dibawa pulang.

“Ini apam buatan sendiri, bukan beli. Setiap tahun setor apam. Kalau tidak setor rasanya tidak nyaman. Ini tadi sebagai sedekah dan saya serahkan dengan ikhlas,” kata Srinatun saat ditemui Solopos.com seusai menyerahkan sedekah apam.

Advertisement

Kue itu menjadi hidangan utama ketika ada tamu yang berdatangan. Tradisi itu selayaknya Lebaran dengan banyaknya tamu yang berdatangan ke rumah warga.

Selain menjadi hidangan di rumah, sebagian apam yang sudah dibikin disedekahkan untuk disebar kepada masyarakat pada puncak tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, itu. Tri Widodo menjelaskan tidak ada paksaan serta patokan jumlah apam yang harus disedekahkan.

Sedekah Apam Berjumlah Ganjil

Semua tergantung keikhlasan dari masing-masing warga yang berniat menyedahkan apam. Tri Widodo biasa menyedekahkan 15 apam ke panitia tradisi tersebut.

Advertisement

Dia juga menjelaskan sudah menjadi tradisi terutama di keluarganya untuk menyedekahkan apam dalam jumlah hitungan ganjil. “Tidak tahu makanya. Setiap rumah yang penting ganjil. Tetapi juga tidak harus ganjil. Soal jumlah ganjil ini sudah kebiasaan dan turun temurun,” kata pria yang juga Sekretaris Desa (Sekdes) Krajan, Kecamatan Jatinom, itu.

Setelah disedekahkan, kata Tri Widodo, biasanya warga dapat pengembalian satu atau dua apam untuk dibawa pulang. Bagi Tri Widodo, tradisi sebaran apam Yaa Qawiyyu di Jatinom, Klaten, itu memiliki banyak makna.

Salah satunya mengajarkan manusia untuk bersedekah dengan ikhlas yang bakal membawa keberkahan. Salah satu petugas penjaga loket penerimaan sedekah apam, Suroso, menjelaskan warga yang bersedekah apam tak hanya dari Jatinom.

Advertisement

Warga dari berbagai daerah pun dengan ikhlas menyedekahkan apam sebelum puncak tradisi itu digelar. “Ada yang dari luar Jawa. Ada yang datang langsung atau ada yang melalui keluarganya di sini,” kata Suroso.

Ada pula kelompok masyarakat yang menyedahkan apam dalam jumlah sangat banyak. Hal itu seperti yang dilakukan kelompok warga dari Keposong, Boyolali. “Jadi di Keposong itu warga yang ingin bersedekah dikumpulkan jadi satu. Kemudian diantar ke sini,” kata Suroso.

Pelaksana Tugas (Plt) Camat Jatinom, Agus Sunyata, mengatakan tradisi Yaa Qawiyyu sudah dilestarikan warga secara turun temurun. Dia memperkirakan berat apam yang disebar mencapai 8 ton hingga 9 ton. Apam berasal dari sedekah masyarakat secara sukarela, termasuk sedekah dari kecamatan dan desa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif