SOLOPOS.COM - Kepala Kanwil Kemenag Jateng, Musta’in Ahmad, menyampaikan penjelasan tentang Membangun Harmoni di Tahun Kerukunan dalam Kajian Ramadan di Aula PLHUT Kemenag Sragen, Senin (27/3/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Nilai-nilai kerukunan sudah diajarkan sejak lama oleh para pendahulu dulu atau sejak adanya agama. Di Indonesia, nilai kerukunan sudah ada jauh di era Mataram Kuno saat Candi Prambanan dan Candi Sewu dibangun. Adanya dua candi yang saling berdampingan itu menjadi simbol kerukunan dan toleransi.

Penjelasan itu diungkapkan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Tengah, Musta’in Ahmad saat menjadi pembicara dalam Kajian Ramadan bertema Membangun Harmoni di Tahun Kerukunan, Senin (27/3/2023). Kegiatan itu dihelat di Aula Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu Kemenag Sragen. Kajian Ramadan itu juga diikuti perwakilan dari penganut agama non-Islam.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Candi Prambanan dan Candi Sewu bersanding itu wujud kerukunan dan toleransi antara dua agama Hindu dan Buddha. Saat berbincang dengan arkeolog di Prambanan menjelaskan struktur dalam bangunan candi pun dibangun saling mengunci dari bawah ke atas sehingga juga menjadi simbol kekuatan kerukunan,” kata Musta’in.

Ia juga menyebut ada ungkapan-ungkapan yang mengajarkan nilai kerukunan, seperti “mangan ora mangan sing penting kumpul” dan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”.  Kerukunan, sebut dia, dibangun atas empat pilar, yakni toleransi, antikekerasan, komitmen kebangsaan, dan penerimaan kearifan lokal. Empat pilar kerukunan itulah, ujar dia, menjadi indikator dalam moderasi beragama yang akan berbuah menjadi harmoni kerukunan.

Dia menyampaikan prestasi toleransi yang ada di Sragen menjadi modal. Dia menyebut Menteri Agama Alamsyah Ratoe Perwiranegara yang menjabat pada 1978-1983 memiliki kalimat monumental tentang kerukunan. Kalimat itu dikenal dengan trilogi kerukunan, yakni rukun internal beragama, rukun antaragama, dan rukun umat beragama dengan pemerintah.

Kemudian pada era Menteri Agama Lukman Hakim menggelorakan tentang moderasi beragama.

“Sesungguhnya moderasi beragama itu bagaimana bersikap, bertindak, dan mempraktikan nilai-nilai beragama dalam kehidupan bersama. Dalam moderasi beragama itu bagaimana menghindari pratik beragama yang berlebihan, yakni ekstrem kanan dan ekstrem kiri,” jelasnya.

Agama yang Kaffah

Ia menambahkan, sekarang ada fenomena orang dengan pemahaman agama biasa-biasa saja tetapi memiliki semangat beragama luar biasa. Tak sedikit orang tua yang memasukan anaknya ke pondok pesantren. Di sisi lain, keterbukaan dan kemajuan teknologi informasi (TI) sehingga ada yang belajar agama secara otodidak tanpa melalui institusi yang memiliki kapasitas pendidikan agama.

“Kami mendorong moderasi beragama dengan upaya bagaimana menghadirkan agama yang kaffah dan lengkap atau menyeluruh, apa pun agamanya. Dalam konteks Islam, agama itu Islam, Iman, dan Ikhsan atau Akidah, Syariah, dan Akhlak. Orang dari kelompok kiri, akhlaknya bagus tetapi syariat dan akidahnya tidak lengkap. Sebaliknya di ekstrem kanan, akidah dan syariatnya bagus tetapi akhlaknya kurang,” ujarnya.

Kepala Kantor Kemenag Sragen, Ihsan Muhadi, mengatakan merawat kerukunan dan harmoni itu menjadi tugas bersama karena kerukunan menjadi aset dalam menyukseskan pembangunan bangsa. Dia menyebut tantangan harmoni dan kerukunan ke depan tidaklah mudah karena dihadapkan pada pluralisme, eksklusivitas, degradasi moral, dan sedikit tersumbatnya komunikasi.

“Kami memiliki forum dialog kerukunan. Ada sedikit problem didialogkan dengan tokoh-tokoh terkait. FKUB [Forum Kerukunan Umat Beragama] pernah menginisiasi adanya gowes bersama dalam upaya merawat harmoni itu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya