SOLOPOS.COM - Suasana Masjid Golo, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, Senin (3/4/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Masjid Golo di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, mendapat giliran menjadi lokasi program tarawih keliling (tarling) Pemkab Klaten pada Senin (3/4/2023).

Bupati Klaten, Sri Mulyani, bersama para pejabat Pemkab Klaten mengikuti Salat Isya dan Tarawih berjamaah di masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Agung Sunan Pandanaran tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ramadan ini adalah kali pertama Masjid Golo mendapat giliran menggelar tarling Pemkab Klaten. Mulyani pun tak luput memperhatikan kondisi Masjid Golo yang masih indah dan arsitektur bangunannya masih asli peninggalan Sunan Pandanaran.

Dia berharap bangunan masjid itu terus terawat karena menjadi saksi sejarah penyebaran agama Islam di Klaten. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Masjid Besar Sunan Pandanaran atau yang dikenal dengan nama Masjid Golo di Bayat merupakan salah satu masjid tua di Kabupaten Klaten.

Masjid itu memiliki banyak keunikan. Salah satunya posisi masjid yang berada pada bukit kecil di areal Bukit Jabalkat. Perbukitan kecil tempat masjid itu berteras tiga tingkat di tepi Jl Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat.

Bangunan masjid berada di tingkat paling atas. Untuk menuju ke masjid itu, pengunjung harus melewati anak tangga. Keunikan lainnya, denah masjid berbentuk bujur sangkar. Lantai masjid berupa tegel semen dengan dinding tembok.

Sementara konstruksi atap Masjid Golo di Bayat, Klaten, berupa konstruksi berbahan kayu jati. Untuk menopang konstruksi itu ada empat saka guru dan 12 saka rawa. Di bagian luar bangunan utama masjid, ada beduk dan kentungan.

Di bawah anak tangga di masjid itu terdapat dua tempayan kuno. Masjid Golo dikelilingi pohon sawo. Selain itu, di lingkungan masjid itu terdapat kompleks permakaman.

Masjid Golo yang sudah berumur berabad-abad juga memiliki cerita sejarah unik dan menrik. Masjid itu didirikan Sunan Pandanaran, eks Adipati Semarang yang menjadi murid Sunan Kalijaga.

Sunan Pandanaran bertugas menyiarkan agama Islam di Jawa bagian selatan khususnya di wilayah Klaten dan sekitarnya. Dari cerita masyarakat setempat yang diyakini hingga kini, masjid tersebut awalnya masjid kecil di puncak Bukit Jabalkat.

Masjid itu menjadi tempat bagi Sunan Pandanaran bersama para pengikutnya untuk menenuaikan ibadah. Saban azan dikumandangkan oleh Syekh Domba, salah satu pengikut Sunan Pandanaran, suaranya terdengar hingga ke wilayah Demak.

Beberapa warga juga meyakini suara azan yang dikumandangkan syekh Domba terdengar hingga ke Mekkah. Lantaran mengganggu, akhirnya masjid itu dipindahkan.

Tempat Jatuhnya Golok

Salah satu warga sekaligus takmir Masjid Golo Bayat, Klaten, Kusdaryatno, mengatakan kisah yang disampaikan secara turun temurun, pemindahan masjid itu tak terlepas dari jasa Sunan Kalijaga. Lokasi pemindahan berdasarkan tempat jatuhnya golok yang dilemparkan Sunan Kalijaga dari masjid ke sisi selatan.

“Karena karamah wali, masjid itu akhirnya dipindahkan ke posisi saat ini,” kata Kusdaryatno saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (7/4/2023).

Peristiwa pemindahan masjid itu yang konon menjadi cikal bakal pemberian nama wilayah tersebut. Lokasi jatuhnya golok saat dilemparkan Sunan Kalijaga kini bernama Golo yang sekaligus menjadi nama masjid yakni Masjid Golo.

Lokasi masjid itu kini tak jauh dari kompleks Makam Sunan Pandanaran. Takmir masjid lainnya, Sumardi, mengatakan masjid itu menjadi salah satu Bangunan Cagar Budaya yang dilindungi Undang-Undang.

Bangunan masjid mayoritas masih asli peninggalan. Begitu pula dengan bedug yang ada di masjid tersebut yang masih asli peninggalan tempo dulu. Hingga kini, beduk tersebut masih difungsikan dan ditabuh ketika akan dikumandangkan azan.

Ketua Takmir Masjid Golo, Habib Mashud Alwi Al Hasni, mengatakan ada beberapa kegiatan keagamaan yang digelar rutin di masjid tersebut. Seperti kegiatan salat wajib, pengajian setiap Minggu pagi, majelis selawat yang bersifat terbatas, dan kegiatan lainnya.

“Masjid ini adalah salah satu cagar budaya di Klaten,” kata dia saat digelar kegiatan Tarling yang dihadiri Bupati Klaten, Sri Mulyani, serta sejumlah pejabat di Klaten, Senin (3/4/2023) malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya