SOLOPOS.COM - Wahyu Bagas Prasetyo, 25, memaparkan karya rancang busana bikinannya di depan juri di ajang Klaten Fashion Festival (KFF) 2023 di Monumen Juang 45 Klaten, Sabtu (5/8/2023). (Istimewa/dokumentasi pribadi Bagas)

Solopos.com, KLATEN – Puluhan desainer beradu kreasi desain busana lurik dan batik pada ajang Klaten Fashion Festival atau KFF 2023 di Monumen Juang 45 Klaten. Karya busana yang ditampilkan para peserta asal Kabupaten Bersinar itu terkonsep dan kekinian.

Salah satunya desain karya Wahyu Bagas Prasetyo, 25. Pemuda asal Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, tersebut mengusung konsep sustainable fashion atau fashion berkelanjutan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dia memadupadankan denim dari pakaian bekas serta lurik. Karyanya sukses memikat juri dan keluar sebagai juara I pada lomba rancang busana Klaten Fashion Festival 2023. Bagas menamai karyanya dengan Kelalen Yen Wes Manten.

Pemuda yang menggeluti usaha di bidang properti itu menyebut tema busana yang dia usung merupakan kepanjangan dari nama Klaten. “Karena tema besarnya identitas Klaten,” kata Bagas saat ditemui Solopos.com seusai menerima piala, Sabtu (5/8/2023) malam.

Karya itu dia konsep beberapa pekan lalu. Pada ajang tersebut, Bagas menjadi salah satu dari 60 peserta yang mendaftar secara online untuk ikut lomba rancang busana pada KFF 2023.

Dari 60 peserta itu, Bagas menjadi salah satu dari 10 besar finalis rancang busana Klaten Fashion Festival 2023. “Masing-masing menampilkan karya satu baju. Setelah terpilih 10 besar, busana baru dikerjakan,” kata dia.

Bagas memadupadankan karya dari bahan denim pakaian bekas serta lurik. Dia memberi motif pada denim bekas melalui ecoprint yang kemudian dipadukan dengan kain lurik. Selain apik, desain busana karya Bagas multifungsi.

Busana itu dilengkapi dengan zipper atau ritsleting hingga bisa bongkar pasang menjadi model busana lainnya. “Keunggulan pada busana itu bisa bongkar pasang. Bisa dilepas menjadi crop top sehingga menjadi lebih santai lagi busananya,” jelas dia.

Bagas menjahit sendiri busana yang dia rancang untuk diikutkan dalam Klaten Fashion Festival 2023 itu. Salah satu kerumitan dalam merancang busana itu menurut Bagas, yakni saat proses ecoprint pada denim yang terlebih dahulu diputihkan sebelum diberikan motif ecoprint.

Pencarian Bibit Desainer Muda

Selain mendukung sustainable fashion, Bagas ingin menghadirkan busana lurik kekinian yang bisa dikenakan orang dari segala usia. Di sisi lain, Bagas tak memiliki latar belakang pendidikan fashion.

Dia merupakan alumnus SMKN 2 Klaten jurusan teknik gambar bangunan dan menempuh pendidikan D3 di Teknik Sipil UNY. Sehari-hari Bagas bekerja di bidang properti. “Saya tertarik ke fashion karena sejak dulu saya memang suka seni,” jelas dia.

Dia beberapa kali mengikuti ajang rancang busana di luar kota. Sebelum ikut rancang busana di Klaten Fashion Festival, Bagas pernah mengikuti ajang rancang busana di Jakarta dan berhasil meraih juara III. Hadiah pada ajang itu dia gunakan untuk membeli mesin jahit guna menghasilkan karya desain fashion sesuai hobinya.

Ketua Fashion Designer Klaten (Fadeska), Astrid Ediati, mengatakan karya para peserta lomba rancang busana di luar dugaan. Seluruh peserta merupakan fashion designer asal Klaten.

“Karyanya keren-keren. Kami tadinya tidak mengira dari 60 peserta banyak yang [karyanya] keren-keren. Kemudian kami saring menjadi 10 peserta dan semua terkonsep. Mereka benar-benar tahu desain fashion,” kata Astrid.

Salah satu yang bikin Astrid kepincut yakni busana karya Bagas. Astrid mengatakan karya itu mengusung konsep sustainable fashion. “Dia mengolah celana denim yang kemudian dijadikan baju dikombinasikan dengan lurik. Kemudian bisa bongkar pasang. Itu keren banget,” kata Astrid.

Selain mempromosikan lurik dan batik Klaten, Astrid mengatakan menjadi ajang fashion festival itu untuk mencari bibit desainer muda Klaten. Hasilnya, banyak desainer kreatif asal Kabupaten Bersinar dan karyanya layak diadu dengan desainer profesional dari berbagai kota besar.

“Harapan saya bibit unggul ini bisa mengangkat potensi-potensi daerah di Klaten terutama lurik dan batik. Mereka pasti bisa mengembangkan tren menjadi busana yang lebih modern dan semakin diminati masyarakat,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya