Soloraya
Kamis, 10 Maret 2022 - 18:48 WIB

Bisnis Kain & Baju Mojolaban Sukoharjo Moncer Kala Pandemi, Ini Kiatnya

Magdalena Naviriana Putri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Packing orderan baju untuk dikirim di tempat usaha Adil Riyadi, Desa Krajan, Laban, Mojolaban, Sukoharjo, Kamis (10/3/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Usaha pembuatan kain pantai, kain batik, dan kain lainnya di Dukuh Krajan, Desa Laban, Mojolaban, Sukoharjo, hingga kini tetap eksis meski sempat terpuruk dihantam pandemi Covid-19.

Salah satu pemilik usaha batik ikat celup di Krajan, Laban, Mojolaban, Anggoro, 40, mengatakan pada masa awal pandemi di tahun 2020, seluruh perajin batik di desanya meliburkan diri karena sepinya pembeli. Kemudian awal tahun 2021, para perajin sudah mulai bangkit kembali dan pesanan terus berjalan hingga saat ini.

Advertisement

“Tahun pandemi awal itu, hampir semua [pembatik] di sini libur, hampir satu tahun, luar kota tidak menerima, pasar semua tutup,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di tempat usahanya, Kamis (10/3/2022).

Baca juga: 2021, Subsidi Modal untuk UMKM Sukoharjo Hanya Tersalur Rp628 Juta

Advertisement

Baca juga: 2021, Subsidi Modal untuk UMKM Sukoharjo Hanya Tersalur Rp628 Juta

Sebagai informasi, Mojolaban dikenal sebagai sentra usaha pembuatan sablon kain pantai. Kain yang diproduksi sendiri berbahan dasar shantung, rayon karena teksturnya ringan dan cenderung dingin. Tidak hanya kain pantai, perajin juga memproduksi kain tie dye yang seluruh proses pengerjaannya dilakukan secara manual. Pemesan datang dari Bali, Sumatra, Kalimantan, dan hampir seluruh daerah di Pulau Jawa.

Lebih lanjut, Anggoro mengklaim usaha yang tengah digelutinya sudah berjalan selama 25 tahun yang dirintis oleh orang tuanya. Kini jumlah anak buah yang dimilikinya 10 orang. Menurut Anggoro, perekonomian selama pandemi tergantung dengan penjualnya sendiri.

Advertisement

“Tergantung dari cara menjualnya, kalau ini mungkin karena sudah lama sudah tahu kualitasnya jadi pada balik lagi. Kalau disini tidak membuat barang jadi, ini khusus bahan, harga per meter minimal Rp9.700 keuntungan paling per meter Rp500 sampai Rp700,” kata Anggoro.

Baca juga: Sip, 18 Keluarga Miskin Sukoharjo Dapat Bantuan Pembangunan Rumah Baru

Sementara itu, penjual baju jadi di Krajan, Laban, Mojolaban, Adil Riyadi, 27 mengaku setelah terdampak pandemi pada 2020, kini omzet penjualan bajunya semakin banyak. “Tiga bulan awal itu merasakan [gempuran pandemi], tapi setelah itu malah istilahnya kayak orang ditahan habis itu meledak, jadi justru booming selama tahun 2021, dan lebih banyak yang di rumah jadi penjualan daster dan homedress lain justru semakin laku,” kata pria yang sudah melakoni usahanya tiga tahun itu.

Advertisement

Adil menjelaskan baju yang diproduksinya dijual di sekitar Soloraya dengan sistem reseller. Selain penjualan melalui luring yang dilakukan dirumahnya dia juga menjual melalui daring menggunakan marketplace dengan pasar hampir diseluruh Indonesia.

Walaupun saat ini cashflow usahanya terbilang aman, tetapi dia mengaku di beberapa momen merasakan masa sepinya pelanggan, seperti pada saat bulan Sura dan ketika anak-anak masuk sekolah. “Tapi tidak terlalu berpengaruh, misalkan produksi satu bulan berhenti, tapi begitu orang butuh dalam satu minggu nanti bisa langsung habis,” jelasnya.

Baca juga: Warga Bulu Sukoharjo Digelontor 1.500 Liter Minyak Goreng Murah

Advertisement

Untuk mensiasati agar usahanya tetap berjalan, dia tidak mengambil barang dari penjahit melainkan dari pengepul. Dalam sepekan dia mengaku bisa menjualkan 40.000 pcs produk. Untuk harga sendiri dibandrol mulai Rp19.000 untuk daster hingga Rp55.000 untuk mukena, harganya juga beragam tergantung model.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif