SOLOPOS.COM - Ilustrasi Warga antre ambil BLSM (Dok/Solopos)

Ilustrasi Warga antre ambil BLSM (Dok/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Pembagian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dinilai belum tepat sasaran. Di Desa Pandeyan, Kecamatan Grogol, beberapa warga miskin (Gakin) tidak mendapatkan bantuan kompensasi akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sebagaian penerima BLSM pun berinisiatif iuran sukarela untuk diberikan kepada Gakin yang tidak kebagian jatah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Warga Pandeyan RT 004/RW 003, Mulyo Suparto, mengatakan ada sekitar empat Gakin di lingkungan RT-nya yang tidak terdata sebagai penerima BLSM. Keempat Gakin itu menurutnya adalah janda dan manula yang sudah tidak lagi kuat bekerja. Sementara beberapa penerima lain justru malah orang kemampuan ekonominya lebih baik.

“Memang ada beberapa Gakin yang tidak menerima BLSM. Mereka juga sempat protes ke Ketua RT setempat,” ujarnya saat ditemui Solopos.com saat pembagian BLSM di Kantor Pemerintah Desa (Pemdes) Pandeyan, Rabu (3/7/2013).

Menghindari kesenjangan, lanjutnya, warga memilih untuk iuran sukarela. Iuran berkisar antara Rp10.000/orang. Uang yang terkumpul dari iuran sukarela itu kemudian diserahkan kepada Gakin yang tidak menerima BLSM. Upaya pembagian rata bantuan ini memang kerap dilakukan warga seperti halnya saat pembagian beras miskin (Raskin). Strategi itu digagas Ketua RT dan beberapa warga yang merasa kasihan kepada Gakin yang tidak mendapatkan BLSM senilai Rp300.000/orang. Di lingkup RT 004/RW 003 memang belum diterapkan sistem seperti itu.
Kendati demikian, Mulyo mengaku tak keberatan jika sistem serupa diterapkan di RTnya.

“Tidak apa-apa asalkan semua penerima rela dan ikhlas iuran, justru malah tidak menimbulkan iri di antara warga,” ucapnya.

Perihal BLSM tak tepat sasaran ini juga diungkapkan warga Dukuh Guntur RT 002/RW 001, Desa Pandeyan, Wiyono. Ia mengaku beberapa Gakin di lingkungan RT-nya belum terjamah BLSM. Kendati demikian, Gakin belum berani protes karena mereka baru mengetahui data penerima BLSM pada Selasa (2/7/2013) malam.

“Ada beberapa jompo dan janda yang sudah tidak bekerja namun tidak mendapatkan BLSM,” aku dia.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Pandeyan, Dwi Supadmi, mengatakan sebanyak 520 rumah tangga sasaran (RTS) di desa tersebut mendapatkan BLSM. Ia juga mengaku mendapatkan banyak protes dari warga akibat data penerima BLSM dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang tidak tepat. Ia bahkan mengaku Selasa malam tidak bisa tidur karena banyak warga protes datang ke rumahnya. Warga yang protes itu di antaranya lansia, janda dan orang cacat.

“Menurut saya data ini harus diverifikasi ulang karena sebagian tidak tepat sasaran. Masyarakat tahunya menyalahkan pamong dan kepala desa. Padahal data itu dibuat Badan Pusat Statistik (BPS),” tukasnya didampingi Kadus I Pandeyan, Wiyono.

Saat disinggung mengenai sistem iuran yang diterapkan warga, ia mengaku tidak masalah. Hal itu sah-sah saja dilakukan asalkan warga rela, ikhlas dan sepakat. Ia justru mengapresiasi inisiatif dari masyarakat yang dapat meminimalisasi kecemburuan itu.

Selain di Desa Pandeyan, BLSM juga dibagikan di sejumlah desa lain di Kecamatan Grogol yakni Desa Madegondo. Di desa itu sebanyak 267 Gakin mendapatkan BLSM. Pembagian dilakukan pada pukul 08.00 WIB-10.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya