Soloraya
Kamis, 29 September 2011 - 09:27 WIB

Bom Kepunton diduga untuk memancing pertentangan umat beragama

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - OLAH TKP--Tim Indonesia Automatic Fingerprints Identification System (INAFIS) dan Labfor kembali melakukan olah TKP dan membersihkan TKP bom bunuh diri di GBIS Keputon, Solo, Selasa (27/9/2011). Mabes Polri telah mengumumkan identitas pelaku bom bunuh diri di GBIS Kepunton adalah Pino Damayanto alias Ahmad Yosepa alias Hayat. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

OLAH TKP--Tim Indonesia Automatic Fingerprints Identification System (INAFIS) dan Labfor kembali melakukan olah TKP dan membersihkan TKP bom bunuh diri di GBIS Keputon, Solo, Selasa (27/9/2011). Mabes Polri telah mengumumkan identitas pelaku bom bunuh diri di GBIS Kepunton adalah Pino Damayanto alias Ahmad Yosepa alias Hayat. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Solo (Solopos.com)-Kejadian bom bunuh diri yang dilakukan Yosepa di Gereja Bhetel Injil Spenuh (GBIS) Kepunton Solo ditujukan untuk memancing munculnya pertentangan antarumat beragama di Indonesia. Munculnya kasus tersebut juga  diindikasikan telah terjadi miss comunication antara presiden, intelejen dan aparat kepolisian.

Advertisement

Menurut Pakar Intelejen, AC Manulang bicara soal intelejen tak luput dari ada tidaknya early warning system. Guna menghindari tudingan kecolongan, mestinya intelejn sudah memberikan data akurat terhadap presiden sebelum ditindaklanjuti aparat kepolisian sebagai pelaksana.

“Sebenarnya jauh-jauh hari kan sudah timbul masalah (aksi terorisme –red), seperti di Cirebon ataupun di Aceh. Kejadian di Solo itu jelas disengaja untuk memunculkan pertentangan di antara agama. Dalam hal ini, presiden yang paling berperan menginstruksikan aparatnya untuk menangkal,” katanya kepada Espos, Rabu (28/9/2011).

Kalau memang BIN sudah memberitahukan di Solo akan dijadikan sebagai sasaran, lanjut AC Manulang, tentunya BIN segera melaporkan ke presiden. Selanjutnya, presiden memberikan instruksi terhadap aparat kepolisian untuk melakukan penindakan.
“Saya yakin, presiden mempunyai data-data akurat yang paling akurat dari siapapun yang ada di Indonesia. Tapi, perlu diketahui bahwa presiden bukan pelaksana. Makanya, adanya bom di Solo ada indikasi miss comunication. Terlebih, kalau memang benar BIN sudah memberi info penting jauh-jauh hari,” katanya.

Advertisement

(pso)

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif