SOLOPOS.COM - Kepala UPTD Museum Solo Bonita Rintyowati. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Selama ini, citra museum sebagai suatu hal yang asing bahkan menyeramkan masih ada dalam pikiran masyarakat. Museum seperti hanya sebuah bangunan, tempat menyimpan koleksi tua. Tak jarang, narasi mistis melekat dalam pengetahuan masyarakat tentang museum.

Museum terkesan jauh dari aktivitas keseharian publik. Mereka bisa jadi berkunjung ke museum hanya untuk urusan wisata. Atau peneliti yang memang membutuhkan data, baru lah mereka berkunjung ke museum.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Hal itu pula yang menjadi keresahan Kepala UPTD Museum Kota Solo, Bonita Rintyowati. Bonita, sapaannya tak ingin citra museum yang demikian melekat terus pada masyarakat.

Ia ingin museum harus bertansformasi. Relevan menjadi kunci mengingat perkembangan zaman dan kebutuhan sosial mau pun  psikologis masyarakat yang selalu dinamis

“Saya harus menghilangkan [citra] museum yang angker, gelap, membosankan. Yang harus muncul, museum itu terang, menyenangkan,” kata Bonita saat ditemui di Kantor UPTD Museum Kota Solo, Kamis (21/9/2023) siang.

Transformasi kegiatan perlu dilakukan agar museum menjadi magnet bagi masyarakat. Bonita menilai museum harus bergerak menciptakan arus baru yang lebih kekinian. Museum tak lagi bisa mengandalkan kunjungan dari para wisatawan atau studi wisata sekolah-sekolah. Cara itu usang.

Butuh kerja sama dalam membentuk satu ekosistem museum yang hidup, menyenangkan, dan berkelanjutan. Di antaranya pemerintah, masyarakat, pelaku bisnis, peneliti, pegiat komunitas, dan masih banyak lagi. Masing-masing elemen punya peranan penting dalam menghidupkan museum. 

“Sekarang tidak bisa mengandalkan itu. Ekosistemnya harus hidup,” kata dia.

Pengalamannya dalam mengelola industri ekonomi kreatif di Pemkab Sragen dan Pemkot Solo nyatanya membuat roadmap Bonita dalam pengembangan museum semakin jelas.

Seusai lulus Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bonita menjadi kepala sekolah PAUD-SD di sebuah yayasan pendidikan bertaraf internasional. Pada 2003, ia melanjutkan karier dengan mendaftar CPNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Sragen. 

Namun, sebelum diangkat menjadi ASN, Bonita sudah diminta bergabung dengan tim marketing pariwisata di bawah Pemkab Sragen pada 2004. Di situ kemampuan manajerialnya keuangan, SDM, dan industrial kian terasah.

Kariernya berlanjut seusai ia memutuskan pindah ke lingkup Pemkot Solo, meski kala itu harus lepas jabatan kembali ke staf.

Dari pengalaman itu, salah satu buah ide bersama tim UPTD Museum adalah menggelar atraksi tempa keris bersama para Empu di Taman Museum Keris Nusantara. Namun, atraksi ini dikemas lebih eksklusif melalui Gala Dinner Semalam di Museum Keris Nusantara (Serira).

Bonita ingin pengetahuan tentang khazanah perkerisan nusantara bisa ditransfer melalui cara-cara yang menyenangkan.Kemasan Serira ini juga bisa menjadi arus baru bagi dunia wisata FnB, edukasi, dan sejarah di Kota Solo.

Transfer pengetahuan melalui sosialisasi, seminar, focus group discussion (FGD), dirasa kurang efektif dan kurang menarik. Pengetahuan yang tersimpan di balik koleksi museum harus diatraksikan dan disosialisasikan dengan menyenangkan.

Dalam Serira, para Empu akan menempa keris di depan para peserta makan malam. Ini juga menjadi komitmen Bonita untuk mengangkat nama empu-empu di Solo agar pengetahuan perkerisan tak terputus.

“Sosialisasi, FGD kurang efektif. Perlu inovasi dalam mentransfer pengetahuan koleksi museum dengan lebih kekinian,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya