Soloraya
Minggu, 12 Juli 2020 - 05:16 WIB

Booming Sepedaan di Soloraya, Pegiat Ini Ajak Warga Bike to Work

Kurniawan  /  Danang Nur Ihsan  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bersepeda (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Maraknya orang berolahraga bersepeda beberapa bulan terakhir menuai banyak apresiasi. Booming sepedaan di Soloraya ini menjadi momentum yang tepat untuk kampanye bike to work.

Pegiat dari Solo Indonesia Cycling Kota Solo, Okie Nugroho, Jumat (10/7/2020) kian aktif mengampanyekan penggunaan sepeda untuk bekerja (bike to work).

Advertisement

“Melihat antusiasme masyarakat yang begitu besar untuk bersepeda kami sih senang-senang saja. Artinya minat masyarakat bersepeda meningkat. Kondisi ini seperti yang selama ini kampanyekan agar orang suka bersepeda,” ujar dia.

Mahasiswa Program Dokter UNS di RS Moewardi Solo Terpapar Covid-19? Ini Pernyataan RS UNS

Tapi bagi Okie akan lebih baik lagi bila bersepeda menjadi budaya baru masyarakat Soloraya dan Indonesia, termasuk dengan bike to work. Maksudnya, bersepeda tidak sekedar untuk kebutuhan berolahraga, melainkan menjadi alat transportasi dalam beraktivitas.

Advertisement

Tidak terkecuali saat bekerja. Menurut Okie masyarakat di negara-negara maju sudah menjadikan sepeda sebagai sarana beraktivitas, termasuk bekerja. “Semoga hobi bersepeda mengarah kepada terwujudnya bike to work khususnya di Soloraya,” harap dia.

Okie menyoroti fenomena maraknya orang bersepeda beberapa waktu terakhir. Terlepas dari sisi positif penggunaan sepeda, dia mengakui masih banyak yang perlu dibenahi dari aktivitas bersepeda penggemar sepeda itu.

Kenalkan, Ini Daniella Si Bakul Hik Cantik di Klaten, Pelanggan Dijamin Auto-Modus

Advertisement

Sebab tidak jarak komunitas baru bersepeda kurang disiplin saat bersepeda di jalan umum. Diperlukan kampanye bersama secara terus menerus agar pesepeda bisa lebih memahami etika dan ketentuan bersepeda di jalan umum.

“Kuncinya adalah pemahaman aturan dan kedisiplinan untuk mengikutinya. Ini butuh proses dan waktu mewujudkannya. Kedisplinan ini tidak hanya berlaku bagi pesepeda, tapi semua pengguna jalan termasuk pemotor,” kata dia.

Kemenkes Patok Tarif Rapid Test Rp150.000, Berapa Harga di RS Solo?

Dia mencontohkan masih banyaknya pemotor yang nekat tak mengenakan helm saat mengendarai motor. Biasanya mereka beralasan tujuan mereka dekat. Ada juga pemotor yang memakai knalpot brong yang memekakan telinga.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif