SOLOPOS.COM - Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, saat diwawancara wartawan seusai acara tradisi Udan Dawet di Sendang Mande Rejo, Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jumat (14/10/2022). Bupati mendorong pendataan tradisi kearifan lokal sejenis tradisi udan dawet. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Bupati Boyolali, M. Said Hidayat, mendorong adanya pendataan budaya di Boyolali. Hal itu dikatakan saat hadir dalam tradisi Udan Dawet yang digelar di Sendang Mande Rejo, Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jumat (14/10/2022).

“Kita tata dan benahi data-data kita, ini masih berjalan, lakukan inventarisasi kegiatan-kegiatan seperti ini di Kabupaten Boyolali,” ungkap Said dalam sambutannya di depan warga Banyuanyar.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bupati Said mengatakan kegiatan tradisi seperti Udan Dawet adalah sebuah khazanah serta kekayaan budaya lokal di Boyolali. Ia mengatakan kekayaan budaya tak hanya ada di Desa Banyuanyar, akan tetapi banyak desa-desa lain yang memiliki kearifan lokal.

“Ini dalam rangka pembenahan data secara keseluruhan,” lanjutnya saat berbincang dengan Solopos.com seusai acara.

Said mendorong seluruh kecamatan untuk berbenah data, tak hanya soal data terkait kemiskinan dan lain-lain. Akan tetapi data yang berkaitan dengan budaya agar dapat menjaga nilai-nilai kearifan lokal.

Baca juga: Komunitas Seni dan Budaya Membangun Daya Tawar Masyarakat Sipil

Said mengatakan pembangunan tak harus selalu fisik, akan tetapi pembangunan yang bernilai budaya harus tetap dijaga.

“Tadi juga saya sampaikan bagaimana upaya [tradisi] ini nanti dapat tersusun menjadi sebuah buku, dan bupati meminta dengan judul Boyolali Kaya Cerita,” tuturnya.

Saat tradisi dengan kearifan lokal dibukukan, Said mengatakan tidak ada salahnya ketika Boyolali Kaya Cerita ditambahkan dalam muatan lokal materi pelajaran.

Hal tersebut, lanjut Said, agar generasi muda tidak hanya memahami ada sebuah upacara tradisi. Akan tetapi ada cerita terjadinya tradisi tersebut.

“Seperti yang tadi disampaikan tokoh masyarakat bahwa kegiatan Udan Dawet ini awalnya adalah doa-doa masyarakat yang memohon hujan agar ada sumber air,” jelasnya.

Baca juga: Tidak Ada Ludruk Tanpa Sarip Tambak Yoso

Dibukukan

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui Dinas Arsip dan Perpustakaan Boyolali akan membukukan cerita lokal dari 22 kecamatan. Pembuatan buku-buku ini akan melibatkan 44 penulis yang merupakan para guru dan akan diterbitkan pada Oktober 2022.

Buku yang berisi cerita lokal asli Boyolali tersebut nantinya akan diterbitkan baik cetak maupun digital dan menjadi koleksi Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) Boyolali.

Kepala Bidang (Kabid) Perpustakaan Perpusda Boyolali, Agus Handoyo, mengungkapkan masing-masing kecamatan memiliki dua penulis.

“Kami menghimpun konten lokal dari 22 kecamatan, intinya kalau dari pesan Pak itu Boyolali Kaya Cerita. Akhirnya kami breakdown, kami bentuk, dan anggarannya sudah ada sekitar Rp200 juta,” kata Agus saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (26/8/2022).

Baca juga: Kehidupan, Profesi, dan Takdir Menyatu di Panggung

Ia mengungkapkan tujuan dibuatnya buku dengan cerita lokal tersebut sesuai dengan tujuan Bupati Said yang ingin cerita lokal agar tidak hilang. Agus juga mengungkapkan harapannya ketika cerita-cerita lokal dibukukan, maka generasi yang belum mengenal dapat lebih mengenal.

“Jadi misal seperti cerita di Pengging, Wonosamodro, Singoprono, dan lain-lain itu agar nanti generasi muda tahu kalau di Boyolali itu kaya dengan cerita,” kata dia.

Lebih lanjut, Agus mengungkapkan nantinya penulis masing-masing kecamatan akan menulis satu cerita sebanyak 10 lembar. Ia juga mengungkapkan dalam satu buku akan terisi cerita dari tiga hingga empat kecamatan.

Ia mengatakan sebelumnya pernah ada kegiatan serupa akan tetapi masih skala kecil yaitu empat judul. Saat ini, diambil 22 cerita dari 22 kecamatan yang ada di Boyolali.

Baca juga: Doa Minta Hujan Warga Banyuanyar

“Teman-teman penulis ini nanti tidak hanya menulis cerita, tapi juga harus menulis berdasarkan narasumber lokal. Jadi, tidak hanya sekadar mengarang tapi narasumbernya nanti valid dan bisa dipertanggungjawabkan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya