Soloraya
Minggu, 12 Maret 2023 - 18:15 WIB

BPPTKG: Merapi Keluarkan 54 Kali Guguran Awan Panas, Abu sampai ke Banjarnegara

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi terkini semburan awan panas Gunung Merapi, Minggu (12/3/2023). (Twitter/@BPPTKG)

Solopos.com, BOYOLALI — Sejak erupsi pada Sabtu (11/3/2023) pukul 12.12 WIB, Gunung Merapi telah mengeluarkan 54 kali guguran awan panas hingga Minggu (12/3/2023) pukul 15.30 WIB.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Agus Budi Santoso, menyampaikan jarak luncur terjauh adalah 4 kilometer (km) ke arah barat daya yaitu Kali Bebeng dan Kali Krasak.

Advertisement

“Terkait erupsi yang kemarin, sampai dengan saat ini sudah terjadi 54 kejadian awan panas guguran sampai pukul 15.30 WIB. Semuanya kejadian awan panas ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak,” ujarnya saat memaparkan kondisi terkini Gunung Merapi via Zoom, Minggu sore.

Agus menyatakan sebaran abu dominan ke arah barat dan barat laut karena angin mengarah ke sana. Terjauh dilaporkan hujan abu tipis terjadi di Kali Bening, Banjarnegara, yang memiliki jarak sekitar 96 kilometer dari Gunung Merapi.

Advertisement

Agus menyatakan sebaran abu dominan ke arah barat dan barat laut karena angin mengarah ke sana. Terjauh dilaporkan hujan abu tipis terjadi di Kali Bening, Banjarnegara, yang memiliki jarak sekitar 96 kilometer dari Gunung Merapi.

Ia juga menyatakan hujan abu pada erupsi pada Sabtu melanda di beberapa daerah seperti Magelang, Boyolali, Temanggung, Wonosobo, dan Banjarnegara. “Jarak luncur dari awan panas Merapi kemarin di mana memang intensitas awan panas guguran yang paling tinggi kemarin siang, dan saat ini meskipun masih terjadi tapi menurun,” ujarnya.

Tim Badan Geologi menerbangkan drone pada Minggu pagi untuk memvalidasi jarak luncur erupsi. Berdasarkan dari hasil foto udara, dipastikan jarak luncur terjauh 3,7 kilometer ke arah Kali Bebeng.

Advertisement

“Ada sekitar tujuh kali guguran awan panas Merapi yang signifikan [pada erupsi kali ini]. Untuk kejadian dua hari ini dari sisi energi yang paling besar. Namun, untuk sisi jumlah kejadian guguran dan awan panas ini tidak terlalu besar,” jelasnya.

Aktivitas Kegempaan Merapi

Selanjutnya, ia mengungkapkan data pemantauan seismik dan deformasi dalam enam bulan terakhir tercatat konsisten menunjukkan adanya kegempaan internal yang masih tinggi. Gempa vulkanik dangkal ada 67 kejadian per hari, vulkanik dangkal tiga kejadian per hari, dan multifase 17 kejadian per hari.

Kemudian, deformasi tiltmeter lereng utara menunjukkan kemiringan pada akhir Desember 2022. “Kenaikan ini menunjukkan adanya suplai magma dari dalam yang mana dengan sistem vulkanik saat ini yang relatif terbuka, prediksi untuk waktu kapan ekstrusi magma yang masif terjadi memang sulit ditentukan,” kata dia.

Advertisement

Terakhir, Agus menyimpulkan status Merapi saat ini masih dalam Siaga karena rekomendasi bahaya masih relevan dengan erupsi saat ini. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya Merapi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Bebeng.

Kemudian Sungai Krasak sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. “Masih ada kemungkinan terjadi erupsi freatik sehingga ada daerah bahaya untuk lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak,” kata dia.

Ia juga mengatakan suplai magma dari dalam maupun dangkal masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas dalam daerah potensi bahaya. Awan panas dan guguran dapat terjadi sewaktu-waktu.

Advertisement

Kemudian, hujan yang masih terjadi dapat memicu terjadinya lahar hujan pada endapan sisa erupsi dan ketidakstabilan kubah lava. Sehingga, Agus meminta masyarakat agar tidak beraktivitas di alur sungai dalam wilayah KRB ketika terjadi hujan di puncak Merapi.

“Kami merekomendasikan dusun-dusun di wilayah KRB III untuk melakukan penguatan kapasitas masyarakat dan aparat untuk menghadapi bencana Gunung Merapi saat ini dan yang akan datang karena suplai magma masih berlangsung,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif