Soloraya
Senin, 8 Agustus 2022 - 19:40 WIB

Brownies Tempe! Jajanan Terbaru di Paranggupito Wonogiri

Muhammad Diky Praditia  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mahasiswa KKN UNS menggelar pelatihan pembuatan brownies tempe di Desa Ketos, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Minggu (7/8/2022). Pelatihan itu diharapkan dapat menaikkan harga jual tempe yang banyak diproduksi ibu rumah tangga di Desa Ketos. (Istimewa/Hasna Okta Mufida)

Solopos.com, WONOGIRI — Sebanyak 20 ibu rumah tangga yang tergabung dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Ketos, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, menerima pelatihan pembuatan brownies tempe kedelai. Pelatihan itu diharapkan mampu meningkatkan nilai jual tempe yang banyak diproduksi ibu-ibu di Desa Ketos.

Pelatihan berbasis pemberdayaan masyarakat itu diselenggarakan mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo kelompok 208. Mereka terdiri atas delapan mahasiswa dari Program Studi Fisika, Hukum, Arsitektur, Sejarah, Manajemen, Psikologi, dan Agroteknologi.

Advertisement

Pelatihan dilaksanakan dengan mendatangkan dua perwakilan ibu-ibu PKK dari 10 dusun di Desa Ketos, Minggu (7/8/2022). Tidak semua peserta pelatihan merupakan produsen tempe. Tetapi mereka berkewajiban mengajarkan kepada ibu-ibu lain di dusun masing-masing.

“Begitu sampai di sini, kami langsung menyurvei potensi Desa Ketos. Kami melihat ada beberapa ibu-ibu yang memproduksi tempe. Tapi mereka enggak memproduksi setiap hari. Pun tempe mereka dihargai murah. Bahkan tidak jarang tempe yang mereka produksi tidak habis terjual,” kata Ketua Pelaksana Pelatihan Pembuatan Brownies Tempe di Desa Ketos, Nurul Aulia Fitri, saat dihubungi Solopos.com, Senin (8/8/2022).

Advertisement

“Begitu sampai di sini, kami langsung menyurvei potensi Desa Ketos. Kami melihat ada beberapa ibu-ibu yang memproduksi tempe. Tapi mereka enggak memproduksi setiap hari. Pun tempe mereka dihargai murah. Bahkan tidak jarang tempe yang mereka produksi tidak habis terjual,” kata Ketua Pelaksana Pelatihan Pembuatan Brownies Tempe di Desa Ketos, Nurul Aulia Fitri, saat dihubungi Solopos.com, Senin (8/8/2022).

Dalam sekali produksi, para produsen tempe memproduksi sekitar 30 kg. Satu bungkus tempe dihargai Rp250. Setiap satu kg tempe, mereka mendapatkan laba kotor sekitar Rp22.000.

Baca Juga: 27 Tahun Pakai Arang Bikin Bakso Mbah Mijo Wonogiri Ini Tetap Maknyus

Advertisement

“Selama ini mereka hanya memproduksi tempe mentah ke pasar. Padahal keuntungan yang didapatkan tidak seberapa dibandingkan dengan modal dan tenaga yang dikeluarkan. Berbekal brownies tempe ini diharapkan bisa menaikkan pamor tempe kedelai,” ujar Nurul.

Modal membuat satu brownies tempe kedelai ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 60 cm x 8 cm x 6 cm berikut topingnya senilai Rp30.000. Sementara harga jual di pasaran senilai Rp50.000-Rp60.000.

Brownies tempe bisa bertahan hingga tiga hari dalam suhu ruangan. Jika disimpan di lemari pendingin bisa bertahan sampai sepekan.

Advertisement

Baca Juga: Ini Kuliner Enak di Dekat Stasiun Wonogiri

Di Kecamatan Paranggupito masih jarang ditemui produk jajanan seperti brownies. Produk ini bisa sangat berpeluang diterima di Kecamatan Paranggupito.

Terlebih, Desa Ketos merupakan salah satu desa paling ramai di Kecamatan Paranggupito. Di sana terdapat satu swalayan yang biasa menjajakan oleh-oleh khas daerah setempat.

Advertisement

“Jika digarap dengan serius, kami yakin produk ini bisa menembus pasar swalayan di sini. Apalagi brownies tempe ini relatif jajanan baru. Rasanya juga enggak kalah enak. Ada cita rasa tempe khas daerah Wonogiri Selatan di browniesnya. Ini bisa jadi oleh-oleh baru dari Paranggupito,” jelas dia.

Salah satu peserta pelatihan, Sunarti, mengaku terbantu dengan adanya pelatihan tersebut. Selama ini, para ibu produsen tempe hanya menjual tempe mentah saja ke pasar.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Rumah Makan dengan Pemandangan ke Arah WGM Wonogiri

Harga jual tempe pun tak pernah naik. Padahal harga beli kedelai sebagai bahan tempe kerap naik. Di sisi lain, produksi tempe hanya dua kali dalam lima hari. Sehingga usaha tersebut tidak bisa menjadi tumpuan hidup.

“Dengan adanya pelatihan ini, semoga ibu-ibu bisa belajar dan bisa membuat brownies tempe ini. Harapannya bisa produksi terus dan bisa menjualnya. Sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga sini,” kata dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif