Soloraya
Senin, 22 Januari 2024 - 10:25 WIB

Budayawan Menemukan Indikasi Sragen Kuno Memiliki Aksara Khas Sendiri

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para budayawan dari berbagai komunitas di Kabupaten Sragen mengikuti sarasehan budaya yang dikemas dalam Wedar Toto Wong Sukowati, Cah Sragen, di Pendapa Disporapar Sragen, Jumat (19/1/2024) malam. (Istimewa/Bambang Purwanto)

Solopos.com, SRAGEN — Puluhan budayawan dan sejarawan perwakilan berbagai komunitas di Kabupaten Sragen berdiskusi tentang jenis aksara yang tertuang dalam Prasasti Sankhara dan mengupas tentang keris Tangguh Sukowati di Pendapa Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Sragen, akhir pekan lalu.

Diskusi itu digelar Pusat Studi Sukowati (Pastika) Sragen menggandeng Lakpesdam PCNU Sragen, Sedhulur Jagat Sukowati (Sejati), dan Paguyuban Wesi Aji Sukowati Sragen. Acara tersebut itu dikemas dalam bentuk sarasehan Wedangan Crito-Crito (Wedar Toto) Wong Sukowati/Cah Sragen.

Advertisement

KPP Ariyo Purboningrat dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang hadir dalam diskusi itu mengidentifikasi aksara di Prasasti Sankhara. Dari situ ia menyimpulkan ada aksara tersebut dapat diusulkan menjadi aksara khas Sukowati.

Dia juga membandingkan jenis huruf pada prasasti tersebut dengan huruf Pallawa, Brahmi, Kawi, Bali, dan Jawa. Dari perbandingkan itu, Ariyo menemukan ciri khusus yang dimiliki Sankhara. Dia mengatakan Prasasti Sankhara yang ditemukan di Sragen itu membuka kemungkinan bahwa Bumi Sukowati (sebutan Sragen) pada zaman Mataram Kuno merupakan daerah perdikan (sima) atau daerah bebas pajak hadiah dari raja.

“Salah satu syarat suatu wilayah disebut suatu kerajaan adalah memiliki adat, budaya, dan susastra sendiri, di antaranya memiliki aksara sendiri. Sukowati [kemungkinan zaman dulu berupa kerajaan] juga memiliki aksara sendiri yang diduga aksara sankhara. Nama aksara tersebut berkaitan dengan sebuah prasasti yang bernama Prasasti Sankhara,” kata dia.

Advertisement

Ketua Pastika Sragen, Lilik Mardiyanto, mengumpulkan sejumlah fakta-fakta dari hasil penelusuran di Sukowati dan hasil diskusi dengan sejumlah tokoh ditemukan sejumlah keris yang diduga mengarah pada sebutan tangguh (buatan) Sukowati. Ketika menyebut tangguh, Lilik meyakini ada sosok empu keris yang ada di Sukowati.

“Dalam Serat Pustaka Raja Purwa, ada empu yang ada di wilayah Sukowati, yakni Empu Setrabanyu dan Empu Umyang. Ada juga beberapa empu lainnya, di antaranya Empu Kuwung, Empu Sombro (Ni Sombro), Empu Singkir, dan Empu Wanabaya. Para empu ini mengabdi ke Brandal Lokajaya yang kelak menjadi Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga sering berada di Sukowati. Kami juga menemukan ada sosok empu juga di Dayu atau Sidayu,” jelas Lilik.

Nama-nama empu itu, jelas dia, identik dengan penamaan nama-nama dukuh atau kampung di Sragen. Dia menemukan ada ciri-ciri khusus pada keris yang diduga tangguh Sukowati. Ciri itu seperti adanya bekas pejetan tangan pada bilah keris. Bahkan, ada yang ekstrem teknis pembuatan kerisnya yakni menggunakan tangan bukan ditempa.

Advertisement

Pada era yang lebih muda, yakni era Mangkubumi, Lilik menemukan ciri pada keris yang diduga tangguh Sukowati berupa buta kemamang pada bagian atas ganja keris. “Semua itu masih dugaan dan perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih mendalam,” katanya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif