SOLOPOS.COM - Madu yang dihasilkan dari lebah lanceng pada sebuah bambu yang tergeletak di belakang rumah warga Dukuh Gentan, Desa Gemampir, Karangnongko. Foto diambil Rabu (23/9/2015). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Budi daya lanceng, warga mulai memelihara lebah lanceng karena mengandung banyak khasiat.

Solopos.com, KLATEN–Lebah lanceng memiliki nama latin Apis Trigona. Lebah ini berukuran lebih kecil ketimbang lalat.
Belakangan, lanceng menjadi buruan oleh sejumlah orang. Hal ini lantaran khasiat dari madu yang dihasilkan lebah tersebut.
Salah satu pembudidaya lebah itu yakni Romo Koko Pudjiwahyulistyono, seorang pastur asal Gereja Yohanes Rasul Somohitan, Turi Sleman, DIY.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pria 49 tahun itu mulai membudidayakan lanceng sejak tiga tahun terakhir.

Romo Koko mengatakan selama ini masih banyak yang beranggapan lebah itu sebagai hewan pengganggu.

“Orang melihatnya ini binatang apa, hanya mengganggu. Tetapi, jika mau belajar, khasiat dari madu yang dihasilkan sangat banyak. Seperti meringankan penyakit jantung, memperkuat vitalitas pria, mengobati penyakit paru-paru, hingga bagus untuk kesuburan wanita,” jelas Romo Koko saat ditemui di sela-sela membiakkan lanceng di rumah salah satu warga Dukuh Gentan, Desa Gemampir, Kecamatan Karangnongko, Rabu (23/9/2015).

Dia mengungkapkan awal mula tertarik budi daya lanceng saat menjadi pastur di Bedono, Semarang. Saat itu, seorang umatnya mengetahui banyak lanceng di kawasan gereja. Dari situlah, Romo Koko mulai mempelajari cara mengembangbiakkan lanceng tersebut.

Soal nilai ekonomis madu yang dihasilkan, Romo Koko menjelaskan 1 kilogram madu lanceng bisa dihargai hingga Rp250.000. Mahalnya madu itu sebanding dengan khasiat yang ditawarkan.

Budi daya lanceng bisa dilakukan menggunakan kotak yang dibikin dari papan kayu berukuran 20 sentimeter x 20 sentimeter.
Pembuatan satu kotak cukup dengan biaya sekitar Rp30.000. Kotak itu sebagai sarang lanceng.

“Kalau mempunyai 20 kotak, bisa menghasilkan madu sekitar 1 kilogram. Itu bisa dipanen setiap tiga bulan sekali,” ungkapnya.

Guna pemeliharaan lebah tersebut, ia mengatakan tak perlu perawatan ekstra. Hanya dibutuhkan pengecekan rutin ke kandang lanceng untuk memastikan tak ada hewan pengganggu seperti laba-laba, cicak, dan semut.

Soal banyak sedikitnya madu yang dihasilkan, tergantung lingkungan tempat lanceng berbiak. Lanceng menyukai berbagai bunga seperti dari buah, rumput, padi, bayam, atau bunga tanaman buah lainnya.

Salah satu warga Dukuh Gentan, Desa Gemampir, Ny. Narjo, 66, mengungkapkan selama ini hanya mengetahui lanceng yang bertebaran di kawasan rumahnya merupakan binatang pengganggu.
Namun, belakangan ia mulai tertarik untuk ikut membiakkan lebah tersebut. “Kalau merasakan sendiri madunya memang belum tahu khasiatnya. Tetapi, kakak saya yang mulai rutin mengonsumsi madu ini. Ya sekadar untuk menjaga kondisi tubuh atau diberikan ke anaknya ketika panas,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya