SOLOPOS.COM - Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki I, Hartono, dan Penyuluh BP3K Plupuh, Sukatno, memberikan makan ikan patin yang dibudidayakan di kolam terpal, Senin (23/9/2013). (Himawan Ardhi Ristanto/JIBI/Solopos)

 Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki I, Hartono, dan Penyuluh BP3K Plupuh, Sukatno, memberikan makan ikan patin yang dibudidayakan di kolam terpal, Senin (23/9/2013). (Himawan Ardhi Ristanto/JIBI/Solopos)


Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki I, Hartono, dan Penyuluh BP3K Plupuh, Sukatno, memberikan makan ikan patin yang dibudidayakan di kolam terpal, Senin (23/9/2013). (Himawan Ardhi Ristanto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Kelompok tani di Desa Jembangan, Kecamatan Plupuh, Sragen mengembangkan pembudidayaan ikan patin menggunakan media kolam terpal.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka memanfaatkan air dari Pamsimas yang sebelumnya terbatas digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan MCK. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Senin (23/9/2013) petani di Desa Jembangan tengah menggandrungi pembudidayaan ikan patin di kolam terpal. Mereka tersebar di beberapa dukuh, tetapi jumlah terbanyak di Dukuh Jengglong, karena terkumpul dalam  satu kompleks.

Penyuluh  dari Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Plupuh area Jembangan-Sidokerto, Sukatno, saat ditemui Solopos.com  di Dusun Jengglong, Senin,  mengatakan petani mulai tertarik untuk membudidayakan ikan patin dengan media kolam terpal  setelah melihat pembudidayaan di kolam percontohan Pamong Tani Desa (PTD) Jembangan.

Selain itu,  sekitar Februari lalu, petani mendapatkan bantuan benih patin cuma-cuma  sebanyak 200 ekor/orang. “Kami mencoba membudidayakan ikan patin ini di Desa Jembangan, tetapi yang paling baik di Kelompok Ngudi Rejeki I, Dusun Jengglong ini,” terang dia.

Dia mengungkapkan membudidayakan ikan patin tak beda jauh dengan budidaya ikan lele, tetapi kualitas air mesti dijaga agar tidak terlampau keruh. Prospek budidaya ikan patin juga lebih menjanjikan dibandingkan ikan lele, walaupun untuk panen harus menunggu 6-8 bulan. “Sementara ini usaha pembesaran ikan patin lebih diarahkan untuk peningkatan gizi keluarga, tetapi perkembangan lebih lanjut untuk peningkatan income. Harga ikan patin di pasaran lebih tinggi  sekitar Rp14.000/kg, sedang ikan lele sekitar Rp12.000/Kg,” ujar dia.

Ditemui di tempat yang sama, Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki I, Hartono, mengatakan saat ini tengah membudidayakan ikan patin di dua kolam ukuran 2 meter x 3 meter. Dalam satu kolam tersebut ditebar benih ikan patin sebanyak 200 ekor/kolam. “Saat ini usia ikan sudah empat bulan, dua bulan lagi sudah dapat dipanen. Nanti pada bulan ke enam minimal berat ikan  6-7 Ons/ekor, tetapi jika dibudidayakan lebih lama, berat ikan juga semakin berkembang,” ujar dia.

Lebih lanjut, 36 anggota Kelompok Tani Ngudi Rejeki I juga membudidayakan ikan patin di media kolam terpal. Dia  mengungkapkan kali pertama membudidayakan ikan patin yang dimulai sejak Februari lalu. Ikhwal sumber air, ia mengatakan mengambil dari sumur dalam Pamsimas. “Sumber air Pamsimas kami gunakan tidak sebatas untuk minum dan MCK saja, tetapi sekarang untuk pengembangan usaha budidaya kolam terpal ini,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya