SOLOPOS.COM - Wisatawan asal Jakarta saat akan terbang menggunakan paralayang di Kemuning, Ngargoyoso Karanganyar namun akhirnya gagal. (Istimewa)

Solopos.com, KARANGANYAR – Pengelola Paralayang di Segoro Gunung, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, angkat bicara terkait insiden gagal terbang yang berujung wisatawan alami luka berat.

Pengelola menyebut insiden itu murni kecelakaan, bukan karena faktor cuaca. Selain itu pengelola juga telah menyerahkan uang santunan kepada keluarga korban.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pilot tandem Paralayang Segoro Gunung, Sholikul Hadi, mengatakan pengelola bertanggung jawab penuh terhadap insiden yang menimpa wisatawan asal Jakarta, Ima Yoanita 33. Tanggung jawab pihak pengelola dilakukan mulai dari penanganan pertama saat kejadian hingga memberikan pendampingan pemulihan psikis terhadap korban.

Penanganan dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP). “Kami langsung memberikan penanganan pertama di lokasi. Lalu membawa ke puskesmas sampai di rujuk ke rumah sakit di Solo,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (4/7/2023) malam.

Dia mengatakan penanganan diberikan bukan sekadar pengobatan medis, namun juga memberikan pendampingan psikis korban. Dia mengatakan secara organisasi telah meminta maaf kepada keluarga korban atas segala insiden yang terjadi tersebut.

Pihak keluarga juga telah memaafkan jika insiden itu murni faktor kecelakaan. Di mana saat kejadian cuaca masih layak terbang, sehingga bukan karena cuaca buruk. Dalam kasus ini, pengelola memberikan santunan sesuai tertera dalam formulir persetujuan yang ditandatangani wisatawan sebelum melakukan penerbangan paralayang.

“Murni kecelakaan karena cuaca masih layak terbang. Karena ini olahraga ekstrem sebelum penerbangan, wisatawan diminta mengisi formulir persetujuan. Dan korban sudah menandangani,” katanya.

Formulir persetujuan ini wajib diisi wisatawan sebelum penerbangan. Salah satu poin persetujuan itu mengenai jika terjadi kecelakaan akan diberikan santunan. Besaran santunan dalam klausul itu maksimal diberikan sebesar Rp3 juta. Santunan inipun telah diserahkan kepada pihak keluarga korban saat di rumah sakit di Solo.

Saat ini korban telah kembali ke Jakarta dan menjalani rawat jalan. “Santunan diberikan maksimal Rp3 juta. Tapi dari Assosiasi sudah ditambah. Nilai pastinya lupa yang diberikan,” katanya.

Dikonfirmasi terpisah, suami korban yang juga saat itu berada di lokasi kejadian, Basit, membenarkan sudah menerima santunan tersebut.. Namun uang santunan yang diberikan dalam sebuah amplop hingga kini belum dibuka. Dia mengaku tidak tahu isi amplop tersebut.

“Saya sampai lupa amplop itu ditaruh di mana. Karena waktu itu saya hanya mikir kondisi istri sampai tidak buka amplop. Isinya apa dan berapa juga tidak tahu,” kata dia.

Selama pengobatan istrinya, Basit harus merogoh kocek dari kantong pribadinya. Biaya perawatan di rumah sakit di Solo selama beberapa hari yang dikeluarkan mencapai di atas Rp20 juta. Dia menyanyangkan tidak ada asuransi bagi pengunjung wisatawan Paralayang. Hanya diberikan uang santunan.

Diberitakan sebelumnya paralayang di Segoro Gunung Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, memakan korban. Seorang pengunjung asal Jakarta mengalami cidera parah saat gagal terbang paralayang. Korban terpaksa mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, tragedi paralayang Segoro Gunung terjadi pada Selasa (27/6/2023) lalu. Saat itu rombongan wisatawan asal Jakarta mengisi waktu libur panjang dengan mengunjungi objek wisata Paralayang Segoro Gunung.

Korban bernama Ima Yoanita, 33. Korban datang bersama anggota keluarganya ingin memacu adrenalin dengan menjajal paralayang tersebut. Korban melakukan penerbangan paralayang terakhir sekitar pukul 16.30 WIB.

Namun nahas korban gagal terbang hingga nyungsep dan bagian tubuhnya terbentur bebatuan. Korban langsung dilarikan ke rumah sakit di Kota Solo. “Kami datang 13 orang. Kami menginap di vila di Ngargoyoso,” kata suami korban, Basit, ketika dihubungi Solopos, Selasa (4/7/2023).

Saat kejadian, Basit mengatakan 13 orang rombongannya semua mencoba paralayang untuk kali pertama. Mereka ingin merasakan sensasi ketinggian terbang dengan paralayang di Segoro Gunung. Masing-masing orang membayar Rp450.000 untuk sekali terbang paralayang. Dari 13 orang ini, hanya istrinya yang gagal terbang.

“Saya termasuk anak-anak berhasil terbang. Hanya istri saya gagal terbang,” kata dia.

Dia menduga tragedi tersebut bukan karena faktor cuaca. Sebab parasutnya sudah bisa mengembang. Hanya saja di bagian ujung landasan ada batako bertingkat yang membuat korban menabraknya. Korban mengalami luka parah di bagian kepala dan fraktur tulang punggung.

“Istri saya mengalami gagar otak ringan. Bagian dahi ada luka sayat, lutut cidera dan retak tulang belakang,” kata dia. Korban hingga kini masih belum bisa berjalan normal dan dalam tahap pemulihan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya