SOLOPOS.COM - Kamti, 62, petani tembakau di Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, sedang memetik daun tembakau di lahan miliknya, Selasa (30/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah petani tembakau Wonogiri diyakini tak terdampak langsung kebijakan pemerintah pusat yang menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10% di tahun 2023 dan 2024. Petani tembakau Wonogiri tak pernah mengeluhkan kenaikan kenaikan tarif tersebut meski sudah sering terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Sebagaimana diketahui, jumlah petani tembakau terbanyak di Wonogiri berada di Kecamatan Eromoko. Berdasar data Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri, petani di Eromoko pada 2021 berjumlah 3.815 keluarga.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Areal yang ditanami tembakau oleh ribuan keluarga petani itu luasnya 854 ha. Sedangkan hasil produksi tembakau rajangan kering sebanyak 1,704 juta kg.

Mayoritas warga Eromoko menjadi petani tembakau setelah bermitra dengan perusahaan penghasil tembakau, PT Sadhana Arifnusa. Namun dalam beberapa tahun terakhir, sebagian petani melepas kemitraannya.

Mereka lalu memilih menjual sendiri hasil panen tembakau kepada tengkulak yang mendatangi lahan pertanian maupun rumah-rumah warga. Kendati demikian, petani mitra PT Sadhana maupun petani menjual hasil panen tembakau secara mandiri tak pernah terdampak kebijakan naiknya tarif CHT yang digulirkan pemerintah.

Baca Juga: Wonogiri Terima DBHCHT 2022 Senilai Rp16,4 Miliar

Camat Eromoko, Danang Erawanto, mengatakan, petani tembakau cenderung mengeluhkan cuaca hujan yang berdampak pada menurunnya kualitas hasil panen tembakau.

“Selama ini enggak ada yang pernah mengeluh ke kami [pemerintah kecamatan] soal adanya kenaikan tarif cukai tembakau. Yang mereka keluhkan itu kalau kualitas tembakaunya jelek karena cuaca. Kalau sering hujan, kualitas tembakau menurun. Itu sering kali jadi alasan perusahaan enggak mau menerima hasil panen,” ungkapnya kepada Solopos.com, Minggu (6/11/2022).

Hal senada dijelaskan Camat Pracimantoro, Warsito. Pada 2021, Kecamatan Pracimantoro menduduki peringkat keempat sebagai daerah dengan area perkebunan tembakau terluas di Kabupaten Wonogiri, setelah Kecamatan Eromoko, Baturetno, dan Slogohimo.

Luas area yang ditanami tembakau di Kecamatan Pracimantoro mencapai 70 ha. Dalam kurun 2021, produksi tembakau di Kecamatan Pracimantoro sebanyak 139.650 kg berwujud rajangan kering.

Baca Juga: Kaya Manfaat, Wonogiri Galakkan Penanaman Kacang Sacha Inchi

Luas area tersebut dikerjakan 170 kepala keluarga. Warsito menyebut, ratusan keluarga petani tembakau di wilayahnya tak pernah mengeluhkan naiknya tarif CHT. Sama seperti Eromoko, persoalan yang ditemui petani tembakau di Pracimantoro adalah curah hujan tinggi.

Sebelumnya, keputusan pemerintah menaikkan tarif CHT pada 2023 dan 2024 disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Kenaikan tarif CHT terjadi pada golongan sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), dan sigaret kretek pangan (SKP).

“Rata-rata 10%, nanti akan ditunjukkan dengan SKM I dan II yang nanti rata-rata meningkat antara 11,5% hingga 11,75%. SPM I dan SPM II naik di 12 hingga 11%, sedangkan SKP I, II, dan III naik 5%,” ujar Sri Mulyani seperti dikutip dari setneg.go.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya