Soloraya
Rabu, 12 Oktober 2022 - 17:41 WIB

Bukan Juara I, Peserta Lomba Dalang Remaja Wonogiri Ini Justru Ingin Runner-up

Muhammad Diky Praditia  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu peserta lomba dalang remaja tengah mementaskan lakon wayang di halaman belakang Museum Wayang Wuryantoro, Wonogiri, Rabu (12/10/2022). Lomba dalang remaja ini digelar setiap tahun untuk menjaring bibit-bibit dalang di Wonogiri. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Museum Wayang Wonogiri menggelar Lomba Dalang Remaja Wonogiri, Selasa-Rabu (11-12/10/2022). Sebanyak enam dalang remaja berusia 13-18 tahun membawakan lakon wayang sesuai kebutuhan masing-masing.

Pantauan Solopos.com, lomba dalang remaja itu dihadiri banyak penonton, mulai dari anak sekolah hingga warga sekitar. Mereka antusias menonton pagelaran wayang yang dibawakan masing-masing peserta lomba.

Advertisement

Di panggung, para peserta begitu bersemangat dalam mementaskan wayang kulit gaya Solo. Selain dalang, terdapat juga sinden dan niyaga atau penabuh gamelan. 

Salah satu peserta lomba dalang remaja Wonogiri, Sahrul Oktavian Ramadhani, mengaku sangat antusias mengikuti lomba dalang remaja Wonogiri. Rama, sapaan akrabnya yang saat ini duduk di kelas X SMAN 1 Wonogiri itu sudah mempersiapkan lomba tersebut jauh-jauh hari.

Advertisement

Salah satu peserta lomba dalang remaja Wonogiri, Sahrul Oktavian Ramadhani, mengaku sangat antusias mengikuti lomba dalang remaja Wonogiri. Rama, sapaan akrabnya yang saat ini duduk di kelas X SMAN 1 Wonogiri itu sudah mempersiapkan lomba tersebut jauh-jauh hari.

Ia sudah berlatih bersama para niyaga dalam beberapa bulan terakhir di Sanggar Panji Wulung Wonogiri. Rama sudah akrab dengan wayang sejak kecil. Ia belajar mendalang wayang sejak kelas III SD.

Baca Juga: Mengenal Faris Wibisono, Sang Penjaga Wayang Beber Asal Pracimantoro Wonogiri

Advertisement

Pada lomba yang digelar di Museum Wayang, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri itu, Rama membawakan lakon Sirnaning Angkara Murka.

Lakon itu menceritakan Pandawa yang setelah diusir Kurawa dari Negeri Hastinapura, hidup di sebuah desa yang dipimpin Prabu Baka yang suka memakan daging manusia. Bima, salah satu dari Pandawa berhasil mengalahkan raja tersebut. 

“Enggak muluk-muluk, saya berharap bisa juara II saja, biar tahun depan bisa ikut lomba ini lagi. Soalnya kalau sudah juara I enggak boleh ikut lomba ini lagi tahun depannya. Tahun kemarin, saya meraih juara II,” kata Rama saat berbincang dengan Solopos.com selepas selesai pentas di Museum Wayang, Rabu (12/10/2022).

Advertisement

Baca Juga: Yuk Belajar sambil Berwisata Budaya di Museum Wayang Wonogiri

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Eko Sunarsono, mengatakan kegiatan itu dilaksanakan sebagai pembinaan sekaligus mencari bibit-bibit dalang di Wonogiri. Sebelum lomba dalang remaja, juga dilaksanakan lomba dalang cilik Wonogiri dengan jumlah peserta enam anak, Senin (10/10/2022). 

Dia menjelaskan, ruh dari kegiatan tahunan itu bukan berkompetisi melainkan memberikan wadah kreasi dan apresiasi kepada dalang cilik dan remaja di Wonogiri. Peserta lomba dalang itu pun banyak yang bukan dari sekolah seni melainkan sekolah formal. Beberapa dari mereka belajar di sanggar-sanggar seni. Bahkan ada yang belajar outodidak. 

Advertisement

Menurut dia, para dalang cilik dan remaja yang belajar mendalang dari sekolah nonformal memiliki khazanah pedalangan yang unik dibandingkan mereka yang belajar di sekolah formal. Tak jarang, mereka seperti memberikan nuansa baru di dunia pedalangan yang tidak terpaku pada materi pedalangan yang diajarkan di sekolah formal.

“Makanya, peserta lomba ini, lebih diutamakan untuk mereka. Para dalang yang bukan belajar mendalang dari sekolah formal. Meski tidak menutup pintu juga bagi mereka yang belajar mendalang di sekolah formal,” ujar Eko.

Baca Juga: Umbul Mungkret Festival, Cara Warga Hidupkan Desa Sedayu Wonogiri

Semua peserta akan mendapatkan uang pembinaan dan piagam. Besaran uang bergantung dengan urutan juara.

Juara I mendapatkan uang pembinaan senilai Rp5 juta, juara II senilai Rp4 juta, juara III senilai Rp3 juta. Sedangkan juara harapan I, II, II, masing-masing mendapatkan Rp2 juta.

“Meski sebenarnya yang namanya seni itu enggak bisa dinilai. Tapi ini untuk kebutuhan peserta saja. Mereka kan tentu butuh piagam. Semua peserta itu bagus, enggak ada yang jelek. Mereka main hebat dan luar biasa. Sementara ini, peserta dari Wonogiri dulu. Di tahun-tahun depan, tidak menutup kemungkinan pesertanya berskala nasional,” ucap dia.

Dia menambahkan, sumber dana kegiatan itu berasal dari dana alokasi khusus Kabupaten Wonogiri. Kegiatan itu akan dilaksanakan setiap tahun guna membina para dalang cilik dan remaja Wonogiri. Selain itu, bertujuan memunculkan generasi penerus dalang di Wonogiri.

Baca Juga: Tak Hanya Satu, Museum Wayang di Jawa Tengah Ada 2, Ini Lokasinya

Perlombaan itu digarap serius. Hal itu terbukti dengan dewan juri dari para dalang yang berkompeten dari luar Wonogiri. 

Para juri itu, seperti Ki Putut Widjanarko (Sragen), Ki Anom Dwijokangko (Karanganyar), Ki Bayu Aji (Sukoharjo), dan Ki Sri Susilo (Boyolali).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif