SOLOPOS.COM - Ilustrasi tol. (Freepik)

Solopos.com, SUKOHARJO — Bupati Sukoharjo, Etik Suryani mengusulkan pembangunan ring road yang jelas berdampak pada masyarakat Sukoharjo. Ketimbang pembangunan jalan tol lingkar timur-selatan Surakarta atau dikenal tol lingkar Solo.

Apalagi wacana pembangunan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) itu bakal memangkas sebagian besar lahan sawah dilindungi (LSD) Kabupaten Makmur.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Terus terang saya selaku Bupati Sukoharjo bukan menolak tetapi keberatan dengan tol ini karena mengganggu LSD. Karena kami akan dilalui [jalan tol] dari Kecamatan Gatak, Mojolaban, Grogol, Bendosari, Nguter semua LSD hampir kena,” ungkap Bupati saat ditemui wartawan di kawasan Solobaru, Grogol, Sukoharjo, Rabu (4/1/2023).

“Pengembangan kota terhambat, kami mintanya kalau bisa ring road atau jalan arteri jadi masyarakat bisa berinteraksi dan kota bisa berkembang. Ekonomi juga bisa berjalan,” kata Bupati.

Dia menyayangkan jika hal itu terjadi. Mengingat Sukoharjo merupakan penyangga pangan Provinsi Jawa Tengah. Selain itu Bupati Etik mengatakan terkait pembangunan tersebut kemungkinan juga akan mengganggu perkembangan wilayah Sukoharjo.

Senada, Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelbangda) Sukoharjo, Rudiyanto mengatakan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo berharap pembangunan jalan itu bukan berbentuk jalan tol melainkan jalan arteri yang bisa memudahkan akses seluruh masyarakat.

“Kalau di Sukoharjo kami menginginkan kalau bisa jangan jalan tol agar nilai kemanfaatan untuk masyarakat ada dan lebih besar. Agar masyarakat juga dapat mengakses alternatif jalan yang akan dibangun. Sehingga pada saat tim konsultan datang kemarin kami sudah sampaikan itu, saat ini masih dalam tahap kajian,” katanya saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (30/12/2022).

Dia berharap pemerintah dapat lebih bijak mengambil keputusan dengan mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan.

“Kami harapkan pemerintah bisa mendengar aspirasi yang ada di daerah, karena ini kan prosesnya masih panjang,” kata Rudiyanto.

Setelah hasil kajian diinformasikan, dia mengatakan baru bisa menyampaikan hal itu. Meski demikian, dia mengatakan hasil kajian pembangunan jalan tol bisa saja layak atau pun tidak.

Transportasi Terbuka

Sementara itu, Kabid Infrastruktur dan pengembangan wilayah, Bapelbangda Sukoharjo, Ibnu Tjahyana mengatakan konsultan pembangunan tol datang ke Sukoharjo sekitar November 2022 lalu.

“Kami pada posisi yang dilewati kami berupaya mengedepankan pengembangan ekonomi terkait rencana itu. Mau tidak mau Sukoharjo harus menyampaikan konsep pengembangan wilayah terkait sistem transportasi antar kabupaten [Soloraya],” kata Ibnu.

Dia mengatakan Sukoharjo menginginkan akses transportasi yang terbuka atau semacam jalur lingkar (ringroad) seperti di Salatiga mau pun di Jogjakarta. Sehingga akses dari sistem transportasi yang sudah ada di lokal bisa masuk.

Dengan transportasi terbuka tersebut, diharapkan transportasi dari mobilitas ekonomi bisa mengakses, sedangkan jika menggunakan tol, akses kendaraan cukup terbatas.

Dia mengatakan belum mengetahui rencana kajian itu akan selesai kapan sebab Sukoharjo hanya menjadi wilayah terdampak.

“Diharapkan kami nanti juga akan mendapat hasil akhir dari studi kelayakan itu. Meskipun nanti kelanjutannya juga tergantung dari pemilik proyek, Kementerian PUPR. Harapannya setelah konsultan selesai ada koordinasi dari pusat dan daerah terdampak,” terang Ibnu.

Dia menyebut sebagai daerah penyangga Solo, jangan sampai Sukoharjo dan wilayah lainnya terlewati begitu saja dengan konsep transportasi tertutup.

Ibnu menguraikan di Jawa sudah ada konsep transportasi Pantura, sementara di selatan sudah ada konsep Pansela. Sementara di tengah-tengahnya ada Solo, Salatiga dan Boyolali.

Saat ini akses Salatiga dan Boyolali sudah memiliki tol. Sedangkan Solo jika membuat jalur lingkar selatan, harusnya juga menyentuh akses dari Wonogiri.

“Bagaimanapun juga kalau bisa ada simpul penghubung antara jalur selatan Jawa melalui Solo, Sukoharjo, Wonogiri dan juga ada jalur utara Solo, Boyolali, Salatiga, Semarang. Seandainya ke konsep tol sepertinya justru menutup perkembangan akses transportasi dari jaringan lokal yang sudah ada,” ujar Ibnu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya