SOLOPOS.COM - Tumpukan baglog berisi serbuk kayu dimanfaatkan menjadi media budidaya jamur tiram ditunjukkan dalam pelatihan petani melinial yang digelar Perum Bulog bersama UNS di MRMP Karangmalang, Masaran, Sragen, Sabtu (9/12/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Perum Bulog menggandeng Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar pelatihan budidaya jamur tiram dengan melibatkan 35 petani milenial di Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran, Sragen. Pelatihan yang digelar selama Sabtu-Minggu (9-10/12/2023) itu dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah Modern Rice Milling Plant (MRMP) di Masaran, Sragen.

Pelatihan tersebut dibuka Direktur Human Capital Perum Bulog, Purnomo Sinar Hadi, di halaman Kantor Manajemen MRMP Perum Bulog, Karangmalang, Sabtu siang. Pelatihan itu juga menghadirkan narasumber dari praktisi budi daya jamur tiram yang berpengalaman selama 23 tahun.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Bulog punya 10 MRMP yang menyebar di Indonesia yang menghasilkan limbah berupa sekam dan abu sekam. Sebagian sekam digunakan untuk bahan bakar driyer [pengering] sehingga menghasilkan limbah abu sekam. Tidak semua sekam dimanfaatkan karena kapasitas produksi di MRMP itu bisa mencapai 6 ton per jam. Sebanyak 30% dari produksi itu berupa sekam, bekatul, dan menirnya,” ujar Purnomo saat ditemui wartawan seusai pembukaan pelatihan.

Dia menyampaikan budi daya jamur tiram dengan media limbah sekam ini merupakan pilot project di Indonesia. Pasalnya dari 10 MRMP, baru dimulai di Sragen. Selain media tanam, limbah sekam bisa juga dimanfaatkan sebagai tambahan nutria pertanian atau bahan pupuk organik. Ke depan, Purnomo menyampaikan limbah sekam dan abu sekam itu juga bisa dibuat briket.

“Pemberdayaan petani milenial di seputaran MRMP ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Produksi beras di MRMP ini sesuai kebutuhan tetapi yang jelas saat musim panen padi kami menyerap dan menyimpan di silo. Setiap MRMP memiliki tiga unit silo dengan kapasitas sampai 2.000 ton per unit. Saat musim tanam, kami baru produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional,” jelas Purnomo

Dia meminta hasil pelatihan ini bisa menghasilkan sesuatu dari limbah sekam dan abu sekam agar memiliki nilai tambah. Setelah pelatihan dan peserta sudah bisa memproduksi, Purnomo menerangkan pihaknya juga membantu pemasarannya.

“Harus dipikirkan juga serapan pasarnya. Jangan sampai masyarakat produksi tetapi pasarnya tidak ada. Saya minta Perum Bulog Surakarta memantau perkembangan progres dari pelatihan sehingga hasilnya tidak sekadar seremonial,” ujarnya.

Purnomo berencana bila pemanfaatan limbah di MRMP Sragen ini berhasil maka bisa direplikasi di sembilan MRMP lainnya yang menyebar di Lampung, Kerawang, Subang, Kendal, Bojonegoro, Magetan, Jember, Banyuwangi, dan Sumbawa. Dia melihat MRMP ini jadi pioner sekaligus pilot project-nya.

General Manager Unit Bisnis Industri Perum Bulog Sragen, Fauzan Dipo, menyampaikan produksi setiap MRMP ini bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah masing-masing. Dia mengatakan kondisi panen dan harga produksinya juga berbeda.

“Kami memproduksi itu untuk memperkuat kebutuhan industri di Perum Bulog. Ada juga yang dijual ke distributor dan masyarakat. Kami juga masuk ke ritel modern, distributor, Pasar Induk Cipinang, dan Johar. Total kebutuhan sampai 1.000 ton per bulan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya