SOLOPOS.COM - Puluhan warga antre membeli beras murah dalam operasi pasar di Pasar Bunder Sragen, Rabu (28/2/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Stok pangan di gudang Perum Bulog untuk wilayah Soloraya dipastikan aman sampai Lebaran dan menjelang panen raya Maret 2024 mendatang. Bulog Surakarta menyebut stok beras untuk Soloraya masih 11.000-12.000 ton.

Sebanyak 85% dari stok beras itu merupakan stok beras impor dari Vietnam dan Thailand.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Penjelasan tersebut diungkapkan Wakil Pimpinan Cabang Bulog Surakarta Andrew Ramadhan Shahab saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela peninjauan operasi pasar di Pasar Bunder Sragen, Rabu (28/2/2024).

Andrew mengungkapkan ada dua model operasi pasar (OP) untuk menekan harga beras yang melambung tinggi belakangan, yakni OP dan gerakan pangan murah (GPM).

“Sebenarnya untuk model GPM dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) masih terus jalan di kecamatan dan desa/kelurahan. Sampai sekarang GPM masih jalan terus di Soloraya sampai Bulan Puasa nanti, termasuk di Sragen. Sedangkan model OP ke pasar tradisional baru dilakukan di Solo dan Sragen,” jelas Andrew.

Dia melanjutkan GPM ke kecamatan hingga desa/kelurahan itu jalan sepekan bisa 2-3 kali dan rata-rata beras yang dibawa 90% habis.

Dia menjelaskan OP di Pasar Bunder diinisiasi Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskumindag) Sragen yang digelar langsung menyasar ke konsumen di pasar tradisional. Dia berharap dengan OP ini bisa menekan harga beras di pasaran.

“Stok beras di Bulog sekarang campur dari pengadaan dalam negeri dan luar negeri. Total stok berasnya 11.000-12.000 ton untuk mengover kebutuhan di Soloraya sampai Puasa, Lebaran, dan menjelang panen. Dari stok itu 85% merupakan beras impor karena belum musim panen, yakni beras dari Vietnam dan Thailand. Kalau memasak beras impor itu airnya dibanyakin sedikit,” jelas Andrew.

Saat memasuki musim panen nanti, Andrew menyatakan Bulog wajib serap gabah lagi ke petani. Dia mengatakan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) itu hanya Rp5.100/kg –Rp5.200/kg tetapi harga GKP di tingkat petani pernah tembus di angka Rp7.800/kg atau bahkan ada yang mencapai Rp8.000/kg.

OP sembako berupa beras, minyak, dan gula di Pasar Bunder Sragen dihadiri Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Ada sebanyak 500 paket yang disiapkan Dikumindag dan Bulog. Setiap pembeli sembako mendapatkan kupon yang dibagikan di pasar itu juga.

Salah satu kuli gendong di Pasar Bunder Sragen, Saminah, 64, warga Pandak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, ikut antre dengan membawa dua kupon. Saminah sengaja meminta dua kupon karena salah satu kuponnya untuk kakaknya yang sedang sakit di rumah. Kakak Saminah juga merupakan buruh gendong.

“Saya menjadi buruh gendong itu sejak tahun 1982. Saat itu masih gadis hingga sekarang memiliki tiga anak dan sudah berumah tangga semua. Sekarang saya janda, hidup sendiri dan mencari pendapatan sendiri. Dengan menjadi kuli gendong sekarang mencapai uang Rp30.000 sehari itu saja susah, tidak seperti dulu gampang mencari uang Rp50.000,” kisahnya.

Meskipun hidup sendiri, Saminah masih meluangkan waktu menggarap sawah warisan orang tuanya meskipun tidak ada satu patok luasnya. Dalam sebulan terkadang hanya membutuhkan beras 1-2 kg.

Beras itu pun dibeli Saminah di sela-sela menjadi buruh gendong di Pasar Bunder Sragen. “Ini mumpung ada pasar murah, harganya berasnya murah. Kalau harga di pasar masih Rp14.000/kg tetapi di pasar murah ini bisa beli dengan harga Rp10.000-an,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya