SOLOPOS.COM - Pemilik Rumah, Harun Muryadi menunjukkan pintu bungker yang berada di ruang kamarnya, yang rumahnya terletak di Jl. Tiga Negeri, RT 002/RW 002, Setono, Laweyan, Kamis (14/11/2013). (Fajar Tulus widiantoro/JIBI)

Solopos.com, SOLO–Keberadaan sejumlah bungker di Kampoeng Batik Laweyan sengaja dikubur dan tak difungsikan lagi oleh para pemilik rumah. Kini, bungker-bungker peninggalan zaman kejayaan para saudagar batik Laweyan itu hanya tersisa satu bungker yang terletak di Jl. Tiga Negeri, RT 002/RW 002, Setono, Laweyan.

Pemilik rumah sekaligus pemilik bungker, Harun Muryadi, 64, saat ditemui Espos di rumahnya, Kamis (14/11/2013), menjelaskan bungker berukuran 3 meter x 3 meter dengan ketinggian 2 meter ini tersusun dari batu bata berukuran besar dan tebal. Pengunjung bungker peninggalan kerajaan Pajang yang dibangun di abad ke-16 ini justru dari banyak turis mancanegara dan akademisi untuk tempat penelitian dan kunjungan wisata.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Tinggal satu bungker ini yang tersisa, bungker di tempat lain sudah di kubur dan tak digunakan lagi pemiliknya karena sudah tidak berguna lagi, kalau dulu bungker ini sangat penting untuk menyembunyikan harta dari para penjajah,” jelasnya.

Ia mengatakan pada saat Wali Kota Solo dijabat oleh Joko Widodo, rencananya rumah sekaligus bungker ini akan diperbaiki agar lebih nyaman pada saat dikunjungi. Pintu bungker yang letaknya di ruang tengah di dalam kamar tidur ini hanya ditutup dengan papan kayu dan meja bundar. Namun belum sempat terealisasi karena Jokowi menjadi Gurbernur di Jakarta.

Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Fabela Priyatmono menjelaskan selama ini belum ada penelitian dan penelusuran yang mendalam mengenai bungker-bungker di Laweyan. Ia mengatakan belum ada data ilmiah terkait kajian bungker tersebut.

“Banyak bungker yang sudah di-urug dengan tanah, dan keberadaan masih perlu ditelusuri karena sebenarnya masih banyak sekali yang belum terungkapkan di Kampoeng Batik ini. Bungker milik Pak harus itu juga memiliki semacam pintu gapura yang telah dibuntu, penelitian juga perlu dilakukan ke mana ujung-ujungnya,” ujarnya.

Mengingat, dahulu para saudagar Laweyan memiliki kekayaan yang luar biasa. Pada zaman itu, bungker sangat berguna sekali. Perkiraannya, bungker tersebut saling menghubungkan satu dengan yang lainnya.

“Bungker itu jalan rahasia bagi para saudagar kaya, tentu mereka memiliki pemikiran yang pandai bagaiamana mengamankan kekayaan mereka dari jarahan penjajah Belanda waktu itu, saya rasa tidak hanya di simpan dalam bungker yang tertutup dan buntu itu saja,” pikirnya.

Tidak hanya bungker, lanjutnya, selama ini kerajaan Pajang juga masih belum ditemukan keberadaannya. Nama-nama wilayah di Kampoeng batik laweyan ini dari zaman dahulu juga tidak berubah, seperti daerah Kwanggen artinya tempat tentara berlatih, ada Setono yang artinya prajurit, dan ada nama lainnya jika diteliti kemungkinan besar kerajaan pajang bisa ditemukan, meskipun dalam sejarah dikabarkan kerajaan Pajang telah hancur.

“Para penggali-pengali yang merenovasi rumah seringkali menemukan batu bata yang berukuran besar sekali, ditemukan juga genting-genting besar yang terbuat dari kayu,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya