SOLOPOS.COM - Ilustrasi bunuh diri (JIBI/Solopos/Dok)

Bunuh diri Solo mengkhawatirkan. Polresta Solo menyebut kasus bunuh diri di Solo tergolong tinggi.

Solopos.com, SOLO – Jumlah kasus bunuh diri di Kota Solo meningkat tajam. Berdasarkan catatan Polresta Solo, periode Januari-Agustus 2015 menyebutkan ada 56 orang  yang menjadi korban bunuh diri. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2014 lalu yang hanya mencapai 44 orang dalam satu tahun.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Jumlahnya [kasus bunuh diri di Solo] tahun ini memang meningkat tajam. Tahun kemarin saja hanya 44 kasus dalam satu tahun. Tahun ini baru delapan bulan sudah 56 kasus,” kata Wakasatreskrim Polresta Solo, AKP Suparmin, kepada wartawan Kamis (3/9/2015).

Saat disinggung wilayah kecamatan mana yang paling banyak terjadi kasus bunuh diri, Suparmin tidak menjelaskan secara detail. Dia mengaku data yang dimiliki polisi masih bersifat global. Terkait motif bunuh diri yang dilakukan para korban, menurut Suparmin cukup beragam. “Banyak motifnya. Misalnya soal ekonomi, asmara, penyakit dan sebagainya,” ujar dia.

Saat ditanya motif apa yang paling banyak melatarbelakangi korban melakukan bunuh diri, Suparmin tak menjelaskan lebih rinci. “Kalau rinciannya kami belum tahu. Catatan kami hanya globalnya saja,” kata dia.

Tak Wajar

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Drajat Tri Kartono, menilai kasus bunuh diri di Solo yang mencapai 56 kasus ini, merupakan fenomena yang tidak wajar. Menurut dia dengan tingginya angka kasus bunuh diri di Solo bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya faktor egoistik. “Faktor ini bisa terjadi karena putus cinta, ekonomi, penyakit dan sebagainya,” kata dia.

Dia mengatakan jika yang terjadi adalah karena faktor egoistik, maka solidaritas masyarakatnya perlu dipertanyakan. “Jika orang bunuh diri karena faktor egoistik  ini menunjukkan kalau solidaritas masyarakat rendah.  Hidup ini  sudah tidak indah lagi bagi dia [korban bunuh diri], hidup sudah tidak menarik lagi bagi dia, karena dia merasa tidak ada yang memperdulikannya,” kata Drajat.

Dia mengatakan persoalan bunuh diri ini menjadi persoalan serius yang harus dikaji dan diselesaikan oleh semua pihak baik pemerintah, penegak hukum, akademisi, dan masyarakat. “Harus ada riset mendalam tentang masalah bunuh diri ini. karena satu kejadian [bunuh diri] saja itu sudah cukup serius,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya