SOLOPOS.COM - PANEN PADI--Bupati Klaten, Sunarna memanen padi varietas rajalele secara simbolis di Desa Tlobong, Delanggu, Klaten, Kamis (28/6/2012). (Arif Setiadi/JIBI/SOLOPOS)


PANEN PADI--Bupati Klaten, Sunarna memanen padi varietas rajalele secara simbolis di Desa Tlobong, Delanggu, Klaten, Kamis (28/6/2012). (Arif Setiadi/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN–Bupati Klaten, Sunarna, secara simbolis memulai panen raya padi rajalele di Desa Tlobong, Delanggu, Klaten, Kamis (28/6/2012) siang.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Panen raya tersebut dilaksanakan sebagai wujud syukur para petani atas keberhasilan mereka menanam padi jenis rajalele. Dalam acara bertajuk Kenduri Tani Pambuka Mangsa ini juga dimeriahkan dengan pentas budaya jawa.

Salah satu panitia acara yang juga Kepala Desa Pundungan, Slamet Raharjo mengatakan, padi rajalele yang siap dipanen oleh petani pada musim ini sebanyak lima hektare dengan target produksi sebanyak 40 ton. Ia menambahkan, padi rajalele yang dipanen  ditanam menggunakan sistem organik yaitu meminimalisasi penggunaan bahan kimia.

Lebih jauh Slamet menjelaskan panen raya dan Kenduri Tani Pambukaning Mongso kali ini sekaligus untuk pengukuhan Patembayan Wulen Pari. Patembayan Wulen Pari adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh para petani untuk menyalurkan aspirasi mereka tentang pertanian.

Kualitas Beras

Patembayan Wulen Pari saat ini sedang bekerja keras untuk kembali memperbaiki citra beras Delanggu. Karena citra beras Delanggu saat ini sudah bergeser dari yang dulunya pulen dan wangi kini menjadi agak keras. “Sekarang beras Delanggu tidak ada bedanya dengan beras lain. Ini yang harus kita perbaiki, padahal beras Delanggu itu harganya cukup mahal,” ungkap Slamet Raharjo kepada Solopos.com, Kamis siang.

Sementara itu Bupati Klaten, Sunarna mengatakan kualitas beras Delanggu itu bergeser karena ulah para pedagang. Para pedagang mencampur beras asli Delanggu dengan beras tipe lain, sehingga rasanya tidak enak. “Pedagang saat ini mencampur beras Delanggu 30% dengan beras lain sebanyak 70%, ini yang membuat pedagang malas untuk membeli beras Delanggu,” kata Sunarna.

Selain itu Sunarna juga memberikan solusi kepada para petani di wilayah Delanggu untuk memasarkan berasnya secara mandiri tanpa harus dijual ke tengkulak. Agar praktik pencampuran rajalele dengan beras yang lain dapat diminimalisir. “Beras nanti dikemas secara menarik, agar para pembeli dapat tertarik dengan beras Delanggu. Masalah pengemasan pihak kabupaten siap membantu,” tutup Sunarna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya