Soloraya
Rabu, 26 Januari 2022 - 16:07 WIB

Bupati Sragen: Warga Tak Malu Lagi Bilang Habis dari Gunung Kemukus

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati didampingi para pejabat meninjau proyek The New Kemukus di wilayah Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Jumat (26/11/2021). (Istimewa/Diskompinfo Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menyampaikan masyarakat tak lagi malu-malu datang ke Gunung Kemukus setelah direvitalisasi menjadi New Kemukus. New Kemukus kini menjelma menjadi objek wisata yang ramah keluarga, anak-anak, dan emak-emak.

Menurut Bupati, Cerita Gunung Kemukus itu sebenarnya bagus tetapi dibelok-belokan sehingga berkonotasi negatif. Sekarang konotasi negatif itu hilang.

Advertisement

“New Kemukus belum diresmikan saja ternyata sudah banyak yang berkunjung dan menjadi daya tarik bagi keluarga dan mereka tidak malu-malu lagi untuk mengatakan habis berkunjung ke Gunung Kemukus. Kalau dulu mau bicara tentang Gunung Kemukus itu malu-malu. Dulu ketika dari Gunung Kemukus itu mau bilang malu-malu, sekarang mereka tidak malu setelah berkunjung ke Kemukus,“ katanya dalam Solopos Talk Show Virtual bertajuk Wajah Baru Gunung Kemukus, Rabu (26/1/2022).

Baca Juga: Sukses Ubah Citra Kemukus, Bupati Siap Bongkar 2 Tempat Lokalisasi Lain

Bupati Yuni mengaku selalu mendapatkan pertanyaan yang kurang mengenakkan saat mengajak teman-temannya ke Srage. “Selalu ada pertanyaan, lihat apa di Sragen? Lihat sex mountain?” ujar dia.

Advertisement

Citra buruk itu kini berhasil diubah. Bupati berharap perubahan citra itu bisa membuat Sragen menjadi berkah.

Lebih jauh, Yuni menjelaskan cerita tentang Pangeran Samodro yang makamnya ada di Gunung Kemukus itu sejatinya bagus. Tetapi ada yang membelok-belokkan ke arah negatif hingga muncul lokalisasi.

Baca Juga: Sandiaga Uno Komentari Citra Baru Gunung Kemukus, Begini Katanya

Advertisement

Para pekerja seks komersial (PSK) di Gunung Kemukus sudah diidentifikasi saat awal penataan. Dari pendataan itu diketahui 90% PSK tersebut bukan orang Sragen. Masyarakat di skeitar Gunung Kemukus itu, sambung Yuni, sebenarnya sudah jengah dengan aktivitas negatif itu sehingga mereka mendukung penataan dan pelurusan sejarah Pangeran Samodro.

“Kalau dulu ramainya setiap Jumat Pon, sekarang setiap hari ramai, mulai pagi, siang, sore, dan malam. Untuk pengembangannya, kami akan tata usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sejarahnya berawal dari putra Raja Majapahit yang siar agama islam saat perjalanan dari Gunung Lawu ke Demak,“ ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif