SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo alias Jekek, tengah diwawancarai wartawan di MPP Nyawiji Wonogiri, Selasa (27/12/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIBupati Wonogiri, Joko Sutopo, tidak akan melarang lato-lato dimainkan di sekolah. Mainan ini justru dinilai positif bagi siswa asal tidak dimainkan saat jam pelajaran.

Tren permainan lato-lato kini sudah menyebar ke berbagai wilayah di Wonogiri. Mainan ini banyak dimainkan anak-anak sekolah terutama tingkat SD.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pantauan Solopos.com di beberapa SD di Wonogiri, tidak sedikit siswa yang membawa dan memainkan lato-lato di sekolah. Bahkan ditemukan pedagang mainan keliling yang menjual lato-lato di lingkungan sekolah.

Bupati yang akrab disapa Jekek itu menyebut tidak ada ada hal yang urgen untuk melarang permainan lato-lato dimainkan di sekolah. Permainan yang sempat ngetren pada 1980-an ini dinilai tidak mengganggu proses belajar mengajar.

Sebaliknya, mainan ini justru bisa menjadi sarana relaksasi bagi siswa saat istirahat.

“Kalau dibilang mengganggu, enggak juga. Dibandingkan ini [gawai], ya lebih mengganggu handphone (HP),” kata Joko Sutopo saat ditemui Solopos.com di Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Senin (16/1/2023).

Menurut Bupati Joko pelarangan mainan lato-lato sangat tidak substansial. Ada hal yang lebih penting dipikirkan misalnya bagaimana cara meningkatkan literasi siswa dan kompetensi guru-guru di Wonogiri.

“Apa esensinya pelarangan lato-lato? Kalau itu dimainkan saat jam istirahat untuk refreshing dan relaksasi apa ya mau dilarang? Aturan mainnya tidak seperti itu,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 6 Wonogiri, Eko Siswanto, menyampaikan belum ada pelarangan secara resmi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri terhadap mainan lato-lato di sekolah. Meski begitu, pihaknya mengambil sikap dengan melarang permainan lato-lato untuk dimainkan di sekolah.

Dia menilai permainan lato-lato ini cukup menganggu pembelajaran lantaran mengeluarkan bunyi bising. 

“Selain itu, bagi siswa atau orang yang sensitif kebisingingan, ini akan menimbulkan efek negatif kepada mereka. Misalnya, suasana hatinya menjadi mudah marah, kesal, dan sebagainya,” kata Eko kepada Solopos.com melalui sambungan telepon WhatsApp (WA), Selasa (17/1/2023).

Pelarangan itu, lanjut dia, sudah diterapkan beberapa waktu lalu ketika permainan lato-lato itu mulai ngetren di Wonogiri. Kebijakan ini sudah disampaikan kepada siswa dan orang tua siswa.

Mereka semua telah menyepakati hal tersebut. Menurut Eko, sikap ini diambil sebagai bagian dari upaya menciptakan sekolah ramah anak.

“Tapi, kami siap menjalankan kebijakan sesuai dengan instruksi dari pimpinan atau bupati,” katanya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya