SOLOPOS.COM - Pekerja menyelesaikan pembersihan lantai pada proyek konservasi Benda Cagar Budaya (BCB) di bangunan bekas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan, Solo, Senin (23/11/2015). Konservasi BCB tersebut ditargetkan selesai 4 Desember 2015. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Cagar budaya Solo, sejumlah kalangan Wong Solo membentuk aliansi peduli cagar budaya.

Solopos.com, SOLO–Sejumlah kalangan yang peduli pada pelestarian cagar budaya di Kota Bengawan tergerak membentuk aliansi peduli cagar budaya. Wadah tersebut akan dimanfaatkan untuk berbagi pengalaman sesama warga yang peduli pada pelestarian cagar budaya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Akademisi asal Institut Teknologi Bandung, Bambang Setia Budi, di sela kegiatan Sarasehan Pemerhati Cagar Budaya di Balai Soedjatmoko Bentara Budaya, menyebutkan pentingnya pembentukan aliansi peduli cagar budaya di Kota Solo.

“Kita butuh wadah untuk menyatukan berbagai stakeholder cagar budaya. Secara kelembagaan aliansi lebih terstruktur, berkelanjutan, dan punya daya tahan yang lebih stabil. Suara dari aliansi tentu juga lebih didengarkan pemerintah,” terangnya, Jumat (11/12/2015) lalu.

Bambang mengutarakan aliansi tersebut nantinya juga bisa menjadi ruang mendiskusikan hasil riset atau dokumentasi cagar budaya. “Sementara ini sudah ada upaya riset dan dokumentasi sebagai bahan diskusi. Setelah ada penguatan gagasan dari forum semacam ini, ketika berbicara dengan pihak lain argumen kita lebih kuat,” paparnya.

Pegiat Laku Lampah (komunitas yang tergerak menggali tempat-tempat bersejarah), Fendi Fauzi Alfiansyah, menambahkan kebutuhan aliansi peduli cagar budaya di Kota Solo sudah mendesak dibentuk.

“Selama ini di lapangan, sesama komunitas penyuka bangunan bersejarah sering ada prasangka. Teman komunitas di luar daerah juga. Adanya aliansi ini membantu kami menyamakan visi dan mengurangi prasangka,” ujarnya.

Budayawan Suprapto Suryodarmo menyikapi keberadaan aliansi cagar budaya sebagai langkah positif untuk mengimbangi laju perkembangan Kota Solo yang kian masif.

Menurut budayawan yang akrab disapa Mbah Prapto ini aliansi yang diinisiasi sejumlah kalangan mulai dari akademisi, seniman, budayawan, hingga tokoh masyarakat tersebut merupakan bentuk aksi nyata kepedulian warga pada pelestarian cagar budaya.

Sementara itu, peneliti sejarah cagar budaya Solo dari Utrecht University, Bimo Hernowo, mengatakan butuh empat elemen untuk memaksimalkan upaya pelestarian cagar budaya. “Harus ada ahli [akademisi], keterlibatan komunitas, keberadaan pemodal [swasta/investor], serta dukungan stakeholder. Itu yang menentukan kelestarian cagar budaya,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya