Soloraya
Selasa, 25 Juli 2023 - 18:30 WIB

Canangkan Sentra Durian di Lahan Kering, Kades Sukorejo Sragen Sempat Dicibir

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang warga mengecek aliran air dalam pipa menuju ke pompa hidran bantuan dari TNI AD di Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Selasa (25/7/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Mekipun hasilnya itu baru bisa dinikmati lima tahun setelah pohon ditanam, para petani di sentra durian Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, sudah diikat dengan peraturan desa (perdes). Dalam perdes itu diatur pola bagi hasil dalam pengelolaan sentra durian menjadi Agrowisata Desa Sukorejo yang nantinya dikelola badan usaha milik desa (BUMDesa).

Saat ditemui Espos, Selasa (25/7/2023), Kepala Desa Sukorejo, Sukrisno, mengaku sempat dicibir banyak orang saat mencanangkan program sentra durian. Pasalnya, lokasinya sulit air saat musim kemarau. Namun, cibiran itu akhirnya terjawab dengan adanya bantuan pompa hidram dari TNI AD.

Advertisement

Dia mengatakan bantuan itu menambah semangat Pemdes Sukorejo untuk memperluas sentra durian sampai 40 hektare di 2024 mendatang. “Durian yang ditanam pada 2022 kemungkinan bisa panennya 2027 mendatang. Ini pertanian jangka panjang. Saat panen, saya sudah tidak lagi menjabat kades, tidak masalah. Yang penting sudah ada perdes yang mengikat sentra durian tersebut,” ujar Sukrisno.

Perdes itu berisi ketentuan tidak boleh mengganti tanaman durian dengan tanaman lainnya. Ada juga pengaturan pembagian hasil saat panen, yakni 10% untuk BUMDes dan 90% untuk petani.

Sutrisno menerangkan begitu sentra durian ini dikelola BUMDes menjadi agrowisata, maka ada paket yang dijual dan tiket masuk. Bagi hasil pengelolaan agrowisata itu juga diatur, untuk petani 10% dan untuk BUMDesa 90%.

Advertisement

“Untuk sementara baru ada 42 petani yang bergabung dengan luas lahan 12 hektare. Nanti saat sudah dikembangkan menjadi 50 hektare maka jumlah petaninya bertambah. Kami akan petakan dulu tambahan petani itu. Selama belum panen, petani bisa menanam tanaman tumpangsari, seperti sawi, jali, tomat, cabai, dan seterusnya,” kata Sukrisno.

Ketua Kelompok Tani Durian Argorejo Desa Sukorejo, Haryoso, mengungkapkan untuk sementara ini pompa hidram belum dimanfaatkan di musim kemarau ini. Sebelumnya, petani bergotong-royong menaikan air dari embung ke penampungan air di puncak bukit tanpa tenaga listrik. Pompa hidram nantinya memanfaatkan air dari tiga sungai.

“Air itu bisa diangkat ke Gunung Sigit yang tingginya sekitar 50 meter. Di puncaknya dibuat tampungan air untuk mengaliri tanaman durian yang ada. Kalau bagian atas bisa teraliri maka otomatis di bagian bawahnya dapat tersirami,” katanya.

Advertisement

Komandan Kodim 0725/Sragen, Letkol (Inf) Yoga Yastinanda, mengatakan bantuan pompa hidram itu bagi dari Program TNI AD Manunggal Air. Desa Sukorejo dipilih jadi lokasi penerima bantuan karena ada sumber air yang belum dimanfaatkan optimal.

Dengan adanya pompa hidram tersebut, sumber air itu bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. “Setelah diresmikan, pompa hidram ini diserahkan kepada pemdes setempat untuk pengelolaan dan pemeliharaan. Nanti kades akan membentuk organisasi untuk pengelolaan pompa hidram itu,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif