SOLOPOS.COM - Pemandangan area persawahan dengan jalan lurus menuju perbukitan di area persawahan Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Klaten. Foto diambil Sabtu (9/12/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Desa Burikan, Kecamatan Cawas, yang berada di garis batas wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dengan wilayah Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyimpan pesona keindahan alam area sawah yang indah bak lukisan.

Desa itu berbatasan langsung dengan Kalurahan Sambirejo, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul. Di desa tersebut, terdapat dua tugu bersejarah yang menjadi tapal batas wilayah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan Kasultanan Yogyakarta pada masa lalu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tugu yang dibangun pada 1830 itu menegaskan batas wilayah kedua kerajaan tersebut. Pendirian tugu itu dilatarbelakangi Perjanjian Giyanti yang disepakati pada 13 Februari 1755. Perjanjian itu menandai Kerajaan Mataram secara resmi dibelah menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Tak hanya tugu bersejarah, Desa Burikan, Cawas, Klaten, menyimpan keunikan lain. Area persawahan yang mendominasi wilayah administrasi desa setempat menawarkan pemandangan yang memanjakan mata.

Hamparan sawah yang sangat luas terbentang dari pinggir kampung hingga batas tanggul sungai. Saat kemarau tiba, sawah ditanami jenis tanaman palawija seperti kedelai. Ketika musim hujan tiba, petani beralih tanam padi.

Kawasan sawah di desa tersebut kerap menarik orang-orang dari berbagai daerah berdatangan. Mereka terpikat dengan keindahan sawah tersebut ketika padi mulai menghijau dipadu dengan panorama Perbukitan Seribu di kejauhan.

Pemandangan di area persawahan Desa Burikan, Cawas, Klaten, makin indah dengan jalan setapak cor lurus membelah di bagian tengah dengan ujung yang mengarah ke perbukitan, mirip dalam lukisan-lukisan pemandangan.

Jalan pertanian itu berupa jalan lurus dan memanjang dari ujung kampung hingga ujung sungai. Kondisi jalan benar-benar lurus tanpa belok-belok dan terdapat dua ruas dari sisi barat ke timur serta utara ke selatan.

area sawah burikan klaten
Pemandangan area persawahan dengan jalan lurus menuju perbukitan di area persawahan Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Klaten. Foto diambil Sabtu (9/12/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Tepat di tengah persimpangan antara dua jalan pertanian ada bangunan permanen yang difungsikan sebagai peneduh sekaligus tempat menggelar pertemuan kelompok tani.

Jalan Usaha Tani dan Evakuasi

Saat Solopos.com mendatangi lokasi itu pada Sabtu (9/12/2023) lalu, para petani baru mulai menyiapkan lahan hingga mulai menanam padi di sawah mereka. Diperkirakan, satu atau dua bulan mendatang area persawahan itu menyuguhkan pemandatangan hamparan padi yang menghijau.

Dengan catatan tanaman padi bisa tumbuh dan tak terdampak banjir. Kepala Desa (Kades) Burikan, Cawas, Klaten, Surata, mengatakan saat pagi dan sore, banyak orang-orang yang berdatangan ke area persawahan itu untuk jogging maupun menikmati panorama alam di tempat itu. Pengunjung berdatangan itu terutama saat akhir pekan tiba.

Surata menjelaskan jalan itu menjadi jalan usaha pertanian sekaligus jalur evakuasi. Hal itu karena tanggul sungai di sebelah ujung jalan itu kerap jebol saat musim hujan tiba. Sebagian jalan pertanian itu pekan lalu diresmikan.

Pembangunan talut serta jalan pertanian dengan total panjang 700 meter dengan lebar 3,5 meter menjadi salah satu sasaran fisik pada program Karya Bhakti Mandiri Klaten Bersinar (KBMKB).

Program itu merupakan inovasi dari Pemkab bersama Kodim 0723/Klaten. “Mudah-mudahan saja ini menjadi awal kami berinovasi,” kata Surata saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (16/12/2023).

Salah satu warga, Febri, 24, mengatakan kawasan di Desa Burikan, Cawas, Klaten, itu kerap disebut dengan Kulonprogone Klaten. Hal itu karena panorama yang disuguhkan mirip dengan area persawahan di Kabupaten Kulonprogo, DIY, yang dikenal instagramable.

Febri mengatakan orang dari berbagai daerah kerap berdatangan ke tempat itu untuk bersepeda maupun jalan-jalan menikmati pemandangan alam. Dulu, pernah ada warga yang menyewakan skuter listrik di tempat itu.

“Sekarang sudah tidak ada. Kalau saat ini memang pemandangannya belum terlihat. Mungkin satu bulanan ke depan sudah cocok untuk foto-foto [seiring tanaman padi mulai menghijau],” kata Febri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya