SOLOPOS.COM - Pedagang kaki lima membuka lapak di arena car free day (CFD) di Jl. Pemuda, Klaten, Minggu (19/4/2015). Para pedagang harus berebut tempat lantaran tidak ada pendataan secara resmi. (Muhamad Muchlis/JIBI/Solopos)

Car Free Day Klaten tidak ada pendataan pedagang secara resmi. Hal ini membuat pelaku usaha berebut tempat untuk berjualan.

Solopos.com, KLATEN — Pedagang kaki lima di arena car free day (CFD) berebut tempat lantaran tidak ada pendataan secara resmi. Hanya membayar retribusi sebesar Rp2.000, pelaku usaha bebas membuka lapak di sepanjang tepi Jl. Pemuda, Klaten.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Seorang pedagang asal Ceper, Ragowo Hery, 29, membuka lapak sejak pukul 05.00 WIB agar mendapatkan tempat. Dia terancam tak mendapat tempat bila datang lebih siang. “Mau tidak mau bila datang kesiangan ya kami tak bisa membuka lapak. Paling kami nyari tempat lain,” kata dia saat ditemui Solopos.com di Jl. Pemuda, Minggu (19/4/2015).

Hery menuturkan belum ada pendataan dan penataan resmi pedagang di arena CFD oleh Pemkab Klaten. Selama ini para pedagang bebas membuka lapak asalkan membayar restribusi. Besaran retribusi sebesar Rp2.000 digunakan untuk membayar tempat saat membuka lapak selama CFD dari pukul 05.30 WIB hingga pukul 09.00 WIB. “Di mana pun kami membuka bisa. Asalkan bayar segitu,” imbuh pedagang kain itu.

Pedagang lain, Eko Teguh, 35, berharap Pemkab melakukan pendataan terhadap pedagang di arena CFD. Ini untuk memastikan pedagang mendapatkan tempat berjualan. “Dengan pendataan kan kami memiliki tempat pasti,” jelas pedagang asal Wedi itu.

Menurut Eko, pembebasan pedagang menyebabkan mereka saling mendahului mencari tempat. Karenanya, pendataan secara resmi dapat lebih menertibkan pedagang. “Kalau sudah mendapat tempat kan kami enak. Tidak khawatir diserobot pedagang lain,” ucapnya.

Pernyataan berbeda disampaikan pedagang asal Desa Trunuh, Kecamatan Klaten Selatan, Dadang Ruwantono, 44. Menurutnya, pendataan tidak perlu dilakukan karena pedagang sudah cukup tertib. Para pedagang yang berjualan lama biasanya sudah pasti menempati tempat tertentu. “Kami sudah saling mengenal. Paling saling mengingatkan saja,” tuturnya.

Kendati demikian, kata Dadang, pedagang yang berjualan di CFD sudah cukup banyak. Oleh sebab itu, pedagang baru yang akan membuka lapak biasanya kesulitan. “Masalah di sini sebenarnya pedagang baru akan kesulitan mendapat lapak. Biasanya mereka tidak boleh membuka lapak di tempat yang digunakan orang lain,” kata dia.

Dadang mengatakan CFD memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat Klaten. Besaran retribusi yang murah dan banyaknya pengunjung CFD setiap pekan mendorong para pelaku usaha memanfaatkan peluang ini. “Memang pendapatan dari CFD tidak seberapa. Namun, pelaku usaha baru sangat berminat membuka usaha di sini,” tutupnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya