Soloraya
Sabtu, 19 Desember 2020 - 12:45 WIB

Cara Sukarelawan PMI Sragen Tangkal Corona: Berusaha Selalu Bahagia

Muh Khodiq Duhri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pakaian hazmat (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN -- Datangnya pandemi membuat sukarelawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Sragen ekstra waspada. Pasalnya, mereka biasa menjadi garda terdepan dalam memberi pertolongan kepada korban kebencanaan, korban kecelakaan lalu lintas, korban kecelakaan air, maupun korban karena hal lain.

“Penggunaan APD [alat pelindung diri] sudah menjadi keharusan bagi sukarelawan PMI saat bertugas. Bedanya, sebelum pandemi APD yang dipakai level I yakni dengan menggunakan sarung tangan lateks dan masker. Setelah terjadi pandemi, relawan menggunakan APD level II dan III dengan pakaian hazmat,” terang Wakil Ketua PMI Sragen, Suwarno, kepada Solopos.com, Sabtu (19/12/2020).

Advertisement

Memakai baju hazmat, masker dan face shield menjadi sebuah keharusan bagi sukarelawan sebelum memberi pertolongan di masa pandemi Covid-19.

Rp45 Miliar BPUM Sudah Cair untuk Pelaku UMKM Wonogiri

Advertisement

Rp45 Miliar BPUM Sudah Cair untuk Pelaku UMKM Wonogiri

Baju hazmat tidak hanya dipakai untuk menjemput pasien Covid-19 atau mengantar dan mengubur jenazah yang terkonfirmasi positif corona.

Evakuasi temuan mayat, korban kecelakaan lalu lintas, evakuasi korban kecelakaan air, dan lain-lain juga mengharuskan relawan PMI mengenakan pakaian hazmat sebagai langkah antisipasi penularan virus berbahaya.

Advertisement

Banding Mantan Direktur RSUD Sragen Justru Kuatkan Putusan PN Tipikor

Pakaian hazmat itu bisa dipakai sukarelawan lebih dari satu jam, bahkan lebih, tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

Paparan Bahan Kimia

Pakaian hazmat dirancang khusus untuk melindungi pemakainya dari paparan bahan kimia, dan virus berbahaya seperti Covid-19, Ebola, SARS, MERS, flu burung dan lain-lain.

Advertisement

Pada umumnya, pakaian hazmat terbuat dari bahan kain spunbond. Spunbond merupakan kain sintetis yang terbuat dari bahan polypropylene atau bijih plastik.

Postingan "Pancasila Versi Wakanda" Bikin Rahma Sarita Dicoret dari Nasdem

Oleh sebab itu, pemakaian baju hazmat terlalu lama bisa mengakibatkan pemakainya merasa gerah.

Advertisement

“Kalau dipakai sudah pasti panas, baju selalu basah kuyup oleh keringat. Tapi, demi keamanan bersama, semua protokol kesehatan harus dilaksanakan. Kami biasa memakai baju hazmat lebih dari satu jam. Karena berada di lapangan atau luar ruangan, terasa banget panasnya,” papar salah seorang relawan PMI Sragen, Nikko Armando Reza Primajaya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif