Soloraya
Senin, 14 Maret 2022 - 09:47 WIB

Catur Sagotra Berkumpul saat Jumenengan MN X di Solo, Trah Mataram?

Afifa Enggar Wulandari  /  Sri Sumi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Prosesi Jumenengan Mangkunagoro di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (12/3/2022). (Solopos-Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Pura Mangkunegaran Solo baru-baru ini sukses menggelar hajat Jumenengan Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro X di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran pada Sabtu (12/3/2022).

Banyak tamu yang diundang, seperti pejabat daerah, gubernur, hingga presiden. Di antara tamu undangan, hadir tiga penguasa Jawa yang merupakan bagian dari Catur Sagatra. Mereka adalah Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Paku Buwana XIII, Raja Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sekaligus Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwana X. Hadir pula Adipati Pakualaman sekaligus Wakil Gubernur DIY, Paku Alam X.

Advertisement

Baca Juga : Penobatan Bhre diunggah di IG Jokowi, Netizen Malah Komen Masker

Saat proses pengukuhan MN X, tiga pemimpin trah Mataram Islam itu hadir dan duduk berdampingan. Catur Sagotra merupakan penyebutan konsep pertalian trah Mataram Islam, yaitu Keraton Kasunanan Solo, Keraton Kasultanan Yogyakarta, Pura Pakualaman Yogyakarta, dan Pura Mangkunegaran Solo.

Menurut kamus Bausastra Jawa, catur (kawi) artinya empat. Adapun sagotra (kawi) artinya sanak, saudara, keturunan. Kebanyakan masyarakat dan pengamat budaya juga menyebut Catur Sagotra sebagai empat pilar yang menjadi titik pusat sejarah dan kebudayaan Jawa.

Advertisement

Pengamat budaya Kota Solo sekaligus dosen Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tundjung Wahadi Sutirto, mengatakan istilah Catur Sagotra digunakan untuk menyebut kesatuan keluarga trah Mataram di Solo dan Yogyakarta.

Baca Juga : Jadi MN X, Ajaran Luhur Pangeran Sambernyawa Ini Harus Diteladani Bhre

”Catur Sagotra itu sebuah konsep untuk menyebut pertalian keluarga trah Mataram, yaitu antara Kasunanan dan Mangkunegaran di Solo dan Kasultanan dan Pakualaman di Yogyakarta,” kata Tundjung kepada Solopos.com, Senin (14/3/2022).

Advertisement

Sejarawan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Galih Adi Utama, menjelaskan Catur Sagotra merupakan istilah yang digunakan menyebut wadah silaturahmi empat swapraja dinasti Mataram Islam.

Baca Juga : Sempat Jejer, Gusti Moeng Pengin Titip Ini ke KGPH Puruboyo

“Sepengetahuan saya, istilah Catur Sagotra ini yang pertama sebagaiwadah silaturahmi empat swapraja Dinasti Mataram Islam. Kalau Belanda sendiri menyebutnya sebagai Vorstenlanden. Maka orang Jawa sendiri punya sebutan Catur Sagotra, empat swapraja dari satu dinasti Mataram,” terang Galih kepada Solopos.com.

Bila gotra artinya sanak, saudara, keturunan dalam kamus Bausastra Jawa. Gatra juga berarti badan (awak). Penjelasan Galih sola sagatra bisa diartikan sebagai satu badan (satu dinasti).

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif