Soloraya
Senin, 24 Juni 2024 - 12:14 WIB

Cegah Kekerasan Seksual-Ajar Keselamatan Lalin, Tuli Boyolali Dapat Sosialisasi

Nimatul Faizah  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kegiatan sosialisasi keselamatan berlalu lintas dan kesehatan reproduksi dalam kegiatan Berbagi Cerita Bersama Tuli Boyolali di Aula SLB YPCM Boyolali, Minggu (24/6/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Yayasan Penderita Cacat Mental (YPCM) Boyolali menggelar kegiatan Bercerita Bersama Tuli Boyolali, di Aula SLB YPCM Boyolali, Minggu (23/6/2024).

Acara tersebut diisi dengan sosialisasi dari Satlantas Polres Boyolali dan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Boyolali.

Advertisement

Program Manager YPCM Boyolali, Suyatno, menyampaikan kegiatan tersebut merupakan penguatan kapasitas untuk Komunitas Tuli Boyolali (Komtuboy). Tak hanya mengundang Komtuboy, acara tersebut juga mengundang penyandang disabilitas daksa, disabilitas netra, Mas dan Mbak Boyolali, serta Forum Anak Boyolali.

Pesertanya sebagian besar merupakan anak dan remaja di usia transisi. Sehingga, diharapkan kegiatan tersebut dapat membantu mereka dalam memahami keselamatan berlalu lintas dan kesehatan reproduksi.

Advertisement

Pesertanya sebagian besar merupakan anak dan remaja di usia transisi. Sehingga, diharapkan kegiatan tersebut dapat membantu mereka dalam memahami keselamatan berlalu lintas dan kesehatan reproduksi.

“Kegiatan ini sengaja mengundang teman disabilitas lain serta anak dan remaja dari Mas Mbak Boyolali serta Forum Anak Boyolali agar mereka bisa saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain,” jelas dia, Senin (24/6/2024).

Kegiatan tersebut diisi sosialiasi keselamatan berlalu lintas hingga sosialiasi kesehatan reproduksi. Yatno mengungkapkan narasumber terkait keselamatan berlalu lintas bakal yaitu Kanit Kamsel Satlantas Polres Boyolali, Iptu Inggit Nur Singgih, lalu kesehatan reproduksi Kepala DP2KBP3A Boyolali, Ratri S Survivalina.

Advertisement

“Ada juga Tuli yang suka kebut-kebutan. Jadi memang perlu pengetahuan terkait keselamatan berlalu lintas. Penyandang disabilitas daksa juga bisa berkendara, juga perlu sosialisasi ini,” kata dia.

Lalu, dengan berkembangnya teknologi, Malika mengatakan siapapun termasuk Tuli bisa terdampak negatif dari media sosial. Dengan kekhawatiran terjerumus ke dunia pergaulan negatif bahkan seks bebas, maka dibuatlah sosialisasi kesehatan reproduksi bagi Komtuboy dan disabilitas lain.

Ia berharap kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat besar bagi disabilitas di Boyolali. Ia mengatakan kegiatan tersebut juga mengundang Mas Mbak Boyolali dan Forum Anak Boyolali dapat memberikan kesempatan Tuli berinteraksi dengan teman dengar dan dapat teraih kesetaraan tanpa diskriminasi.

Advertisement

“Kami turut mengkampanyekan bahwa difabel bisa sama seperti nondifabel, akan tetapi manusia tetap punya kendala masing-masing, semisal daksa kendala dimobilisasi kalau tuli di pendengaran, tuna netra di penglihatan. Tapi yakin, mereka punya kemampuan yang sama, hanya perlu ilmunya,” kata dia.

Selanjutnya, Ratri Survivalina menyambut baik adanya kegiatan tersebut karena sangat positif. DP2KBP3A Boyolali bakal memberikan dukungan penuh dengan kegiatan serupa.

Ia mengatakan masa remaja adalah waktu transisi sehingga mereka perlu panduan untuk membantu mereka mengatasi masalah dalam proses adaptasi. Penyampaian materi kesehatan reproduksi bertujuan agar mereka bisa menjalani fase kehidupan dengan baik.

Advertisement

“Kelompok difabel ternyata menjadi beberapa korban kekerasan, penyebabnya selain karena ketidakmampuan mereka juga karena kurang pengetahuan mereka tentang penjagaan kesehatan reproduksi,” kata dia.

Sementara itu, Mas Boyolali 2023, Nawang Purbo Aji, merasa senang dengan adanya kegiatan yang mempertemukannya dengan teman Tuli Boyolali. Beberapa merupakan interaksi pertama dengan Tuli.

Mas Mbak Boyolali dan Forum Anak Boyolali juga diajarkan untuk belajar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) serta mempelajari isyarat dasar seperti perkenalan.

“Ternyata bahasa isyarat tidak sesulit yang dibayangkan dan bisa diolah juga. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, kami juga belajar banyak dengan mereka, dari perjuangan mereka dan berkomunikasi dengan teman Tuli,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif