Soloraya
Selasa, 29 Maret 2022 - 14:14 WIB

Cegah Orang Ingin Bunuh Diri dengan Kenali Tanda-Tandanya, Apa Saja?

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bunuh diri (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI — Kasus orang meninggal dunia karena bunuh diri di Kabupaten Wonogiri dinilai tinggi. Sepanjang Januari-Maret 2022, telah terjadi empat kali kasus bunuh diri.

Kali terakhir, SJ, 80, asal Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di rumahnya, Senin (28/3/2022) pagi.

Advertisement

Mayoritas kasus bunuh diri di Wonogiri di tahun 2022 dialami kalangan lansia, di atas 60 tahun. Terkecuali kasus bunuh diri yang terjadi, Rabu (16/3/2022), dengan korban bunuh diri dari kalangan pemuda berusia 27 tahun.

Baca Juga: Angka Bunuh Diri di Wonogiri Tinggi, Mayoritas dari Kelompok Umur Ini

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, sedikitnya terdapat empat tanda-tanda orang akan bunuh diri. Masing-masing, depresi, sering mengurung diri, menyakiti diri sendiri (self injury), dan sering membicarakan banyak hal yang mengarah ke kematian.

Advertisement

Guna mencegah aksi bunuh diri, beberapa langkah penanggulannya, seperti meningkatkan kepedulian yang dimulai dari lingkungan keluarga/teman-teman sekitar. Selanjutnya, pendampingan pada pasien yang memiliki riwayat gangguan kejiwaan atau memiliki tanda-tanda gangguan kejiwaan.

Terakhir, melapor ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat apabila mendapati warga di lingkungan sekitar memiliki tanda-tanda depresi yang mengarah pada keinginan bunuh diri.

Baca Juga: Tinggi Banget! Kasus Bunuh Diri di Wonogiri

Advertisement

“Semua dimulai dari stres yang terkait dengan masalah rumah tangga dan ekonomi. Masalah itulah yang menyebabkan timbulnya tekanan hidup,” kata Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi, Yustinus Joko Dwi Nugroho, saat dihubungi Solopos.com, Senin (28/3/2022).

Kepala UPTD Puskesmas Pracimantoro II, dr. Priska Dewi Kusuma, mengatakan program penyuluhan kesehatan jiwa menjadi agenda rutin karena masuk di anggaran bantuan operasional kesehatan (BOK). Setiap tahunnya, Puskesmas selalu melakukan validasi data untuk menghitung jumlah gangguan jiwa.

“Kami bekerja sama dengan Posyandu untuk ke sekolah dan rumah warga. Tujuannya mendeteksi masalah kejiwaan sekaligus konseling,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif